39. nangis

420 65 7
                                    

"Bukan sama Rei, bukan!!"

Jadi anak sulung emang serba salah. Kaya sekarang, Raisa lagi nangis meraung raung gara gara dipaksa buat bikin makalah sama ketosnya tapi yang disalahin Rei (sama Jay)

"Kalo bukan kamu, siapa lagi?"

Rei meraup mukanya kasar. "Itu si adek dipaksa bikin makalah sama ketosnya, waktu udah selesai eh malahan disobek sobek katanya isinya gak jelas."

Jay menghela napas. "Kurang ajar." dia berdiri dan keluar dari kamar si bungsu untuk telfon pihak sekolah.

"Dek, lo makan kek ah, jangan nangis terus. Itu orang udah diurus sama papa." bujuk Rei, nggak tega juga itu muka Raisa udah merah banget gara-gara nangis, fyi udah 2jam.

"Gak, mau mama aja."

"Iya, iya bentar lagi mama pulang, makanya lo makan dulu ini."

Perlahan Rei menarik tangan sang adik agar mau duduk dan menyuapi makan siang yang dibawakan mbak Cici.

"Nih, udah dingin, buka mulut aaaa"

Raisa masih diam. Menutup rapat mulutnya. Mood makan udah ilang, dan dia udah kenyang karena nangis berjam jam.

"Halo ini makanan mau masuk, tolong kasih ijin, ngueng~" kata Rei sedikit becanda dan menggerakan sendok tepat di depan mulut adik kecil.

Sekilas Raisa melirik dan terkekeh samar dibuatnya. Nggak lama menunduk, berakhir terisak lagi.

"Gue nyuruh lo buka mulut, ini makanan mau masuk, bukan nangis lagi." dengus Rei sambil meletakan kembali makanan diatas nakas.

"Hug me, please."

Rei berdecak, "manja." ledeknya tapi tak urung membawa sang adik ke dalam dekapannya.

"Ketos lo namanya siapa sih?" tanya Rei sambil sesekali menepuk punggung Raisa pelan.

"Azidan Patra."

Dan nggak lama pintu kamar dibuka sedikit keras, pelakunya ya nyonya besar. Melempar tas beserta sweater ke sembarang arah.

"Rai kenapa?"

Belum juga Raisa nyaut, Rei udah menye menye duluan. "Nangis lagi, nangis terus, itu air mata jadi darah duluan yang ada."

"Ih!"

"Liat ma, nangis mulu makan jadi gak mau. Tuh masih utuh makanannya."

Monday menatap makanan yang masih utuh diatas nakas kemudian ia ambil. "Makan dulu ya, masa gara gara nangis gak mau makan."

Kali ini Raisa langsung nerima suapan dari mamanya. Rei menggerutu dalam hati, "emang dasar adik gua."

"Bang, ikut papa."

"Kemana?"

"Sekolah adek."

Dengan semangat 50 Rei berdiri, ngambil makalah yang udah nggak berbentuk terus ngecup pelan pipi Raisa.

"YES TAWURAN!!"

Sedarah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang