Bulan depan Rei merasa bahwa dirinya tambah umur, ulangtahun. Mau bikin ktp juga, legal sudah umurnya.
"Bulan depan gua ultah, kasih saran dong." kata Rei pada Justin.
Justin mengalihkan tatapan dari layar ponsel sebentar. "Ajakin gua ke Bali sabi kali."
Bali ya. Gimana caranya Rei bilang ke Jay coba, dia minta mobil satu aja nggak keturutan.
"Hah! gua minta mobil satu aja gak dikasih kasih, apalagi in-- eh bentar!"
"Kenape?"
Rei tersenyum misterius saat itu juga. "Gua kan bisa minta ke ibu. Iye gak?"
Justin menatapnya aneh. "Berhubung gua pengin liburan, iyain aja dah."
Dia menjetikkan jarinya. Dan saat mulai ke rumah mulai minta pada Monday juga Jay.
"Boleh dong pa, ya ya ya?"
Jay melirik saja. "Kurasin air laut dulu."
Emang kalo minta apa apa sama papa nya pasti nggak bakal dikasih langsung. Udah biasa Rei mah.
"Ah papa lhoo, sekali aja beneran. Sekalian liburan bareng Justin."
"Justin terus kamu tuh, yang lain ajak juga lah." kata Jay tapi Rei belum konek.
"Yang lain? temen temen Rei-- EH JADI BOLEH PA?"
Monday angkat tangan dan beranjak ke belakang. Memisah pakaian kotor untuk dibawa laundry.
Jay tersenyum simpul. "Boleh, nanti papa bilang ke om Jidan."
Rei berseru senang dibuatnya. Dia juga membuka ponsel untuk mengabari teman teman.
"Bawa temen berapa?"
Teman dia cuma sedikit. Terbatas gitu. Jadi bingung mau ajak siapa aja.
"Hm? terserah kamu."
Monday ikut menyahut saat berjalan kearah ruangan untuk menyetrika baju dll. "Jangan macem macem disana ya, saling jaga juga."
"Lho? emang mama gak ikutan?"
"Enggak. Mama mau nemenin papa ketemu klien dari-- dari mana mas?"
Jay masih fokus dengan laptop menjawab singkat. "Surabaya."
"Nah, dari Surabaya itu. Kamu sama temen temen aja, gapapa kan?"
Rei menggigit sudut bibirnya, "Ya gapapa sih. Tapi masa cowok semua, eneg liatnya nanti."
"Tinggal ajak temen cewekmu."
"Masalahnya nih pa, temen cewek Rei pada ribet semua. Mana mulutnya toa toa lagi."
Monday dari ruangan sana berseru, "Ajak sepupumu aja kan ada."
"Ah ini lagi, si Shasa sama aja kaya temen cewek Rei. Berisik."
"Ya terus kamu maunya gimana?" tanya Jay yang sudah kesal sendiri dengan penuturan si sulung ini.
Rei memegang dagunya sendiri. "Susah nih tapi, oke! Rei bakal ajak temen cewek yang berisik."
"Ya ya, terserah kamu."
Anak itu sebenernya mau meluk papanya tapi dilihat lihat keadaan tidak memungkinkan jadi dia berterima kasih nanti saja.
"Rei ganti baju dulu ya?"
Jay mengangguk pelan. "Abis itu langsung makan jangan malah main game."
"Okeeee!!"
---