24. satu keluarga

460 64 1
                                    

"Jangan pegang pegang Rei!"

"Siapa juga yang mau pegang kamu!"

Seperti biasa anak dan bapak beradu mulut. Padahal lagi liburan bareng keluarga besar.

Monday yang sudah stay dengan ponsel akan memotret keduanya mendadak menepuk kening.

"BOYS SMILE PLEASE!!"

Mendengarnya Jay dan Rei kompak berpose sambil merapatkan tubuh masing masing.

"Oke good, jangan berantem lagi. Malu diliatnya."

Monday kembali jalan mendului keduanya. Jay bertatapan dengan si sulung sebentar lalu menjauhkan diri.

"Ish! dibilang jangan pegang Rei."

Jay mengerling malas. "Bodoamat, gak ngurus." katanya kemudian mengikuti istrinya.

Rei menggerutu dan ikut jalan juga. Dia paling belakang, bener bener belakang. Mana nggak ada pasangannya.

"Mau beli apa?"

Monday menyimpan kembali ponsel ke dalam tasnya. "Beli apa? aku udah punya semua."

"Ya kali aja mau nambah koleksi."

Masalahnya barang cewek di kamar itu ada semuanya. Sampai nggak muat,

"Enggak ah."

Beda sama Monday, disisi kanan ada Susan dan anak sulung yang lagi milih milih barang kualitas bagus.

Ho oh si Rose.

"Bunda, udahan plis ini Alin sama ayah capek pegangin belanjaannya." keluh si anak dengan tangan yang penuh.

Rose berdecak sebal. "Satu lagi bang, beneran deh."

Jeffrey tersenyum sedih pada anaknya itu. "Gapapa, satu lagi, kita pasti kuat."

Belum lagi si Jake yang memberi ijin pada istri dan anaknya untuk belanja yang diinginkan.

"Nih pake pake, abisin juga kalo mau." ujar Jake memberikan blackcard nya pada Soeun.

"Yang bener aja sih kamu, ayo Sha." ajak Soeun pada Shasa.

Shasanya manut, tangan dia digandeng. Tapi dirinya sibuk balesin pesan, abang pacar.

Kita balik ke pasangan utama. "Kamu gak mau beli apa gitu?" ini Monday tanya ke bungsu soalnya diem aja.

"Bingung ih mau beli apa, orang tiap papa pulang ketemu klien selalu bawa kado."

Jay menyenggol lengan Rei pelan. "Mau beli gak?"

"Mau. Beli hape tapi."

"Disini mana ada hape??"

Rei mengangguk samar. "Ya emang, tapi Rei mau hape baru." katanya santai sambil mainan gantungan kunci.

Jay menatap malas, salah sendiri pakai segala nanyain si sulung. "Yaudah, nanti kalo pulang."

"YES!!"

Selesai belanja satu keluarga beranjak makan karena capek, muter muter buat belanja.

"Mama ada niatan jodohin Rei sama cucu temen mama." celetuk Susan membuat pemilik nama tersedak makanan.

"UKHUK UKHUK MA MINUM UKHUK!!"

Monday langsung memberikan minuman pada si sulung, sambil menepuk punggungnya pelan.

"Jay gak setuju."

Rei melirik papanya dan menjentikkan jari. "Iya tuh! ngapain juga jodoh jodoh, bukan jaman siti nurbaya tau."

"Telat. Mama udah bilang ke temen mama itu."

Mereka semua sontak lirik lirikan. Apalagi Rei yang memelas pada Jay. Dia mana mau dijodohin kaya gini.

"Mama, Jay aja gak pernah ngerasain perjodohan masa iya Rei ngerasain sendiri."

Susan meletakan sendoknya. Bertumpu punggung tangan. "Ya iya sih. Tapi gimana dong, orang cucunya udah setuju. Mana satu sekolah sama Rei."

"Siapa? namanya siapa?"

"Hm, Jihan Amalina."

Rei melototkan matanya. Dia berdiri dari duduknya sontak. "Rei setuju sama ibu."

"Hah?? gimana tadi katanya nolak??" Jay bingung sendiri.

"Ntar dulu pa. Mau musyawarah sama ibu dulu." kata Rei dan mengangkat kursinya kearah Susan.

Jay dan Monday hanya bertatapan bingung. Gimana sih, ora jelas weh.

---

bingung juga Rei kalo minta apa apa pasti selalu hape, koleksi apa gmn ya...

'

'

'

Alindo Raffa

"Ho oh gua satu grup sama Allen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ho oh gua satu grup sama Allen."




Bonus bapak sm anak.

Bonus bapak sm anak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


udh chp 25 aja..

Sedarah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang