Pulang dari kantor, Jay disuguhi perdebatan adu mulut kedua anaknya. Gimana nggak tambah capek.
"Kenapa lagi mereka?"
Monday melongok ke belakang dirinya. "Ah biasa, rebutan remot tv."
Jay menghela nafas lelah. Dan menumpukan kepalanya di bahu sang istri.
"Mas boleh cerita, gak?"
"Hm? ya boleh dong, ayo cerita."
Ditemani tepukan pelan berulang kali di punggung Jay, Monday dengan baik mendengarkan cerita itu.
"Mas mau benci dia."
Monday mengulum bibirnya. Dia tau bagaimana frustasinya Jay ini.
Karena dari dulu hubungan suami dan ayah mertuanya memang tidak baik.
"Gak boleh gitu mas Jay, jangan benci benci."
Jay memejamkan mata dari posisinya. Mencoba menghilangkan penatnya.
"Jangan berpikir kaya gini lagi mas, iya aku tau kalo itu semua masalah buat mas Jay. Tapi, aku gak suka."
Setelah berucap seperti itu, Monday kembali menepuk nepuk punggung suaminya.
"Papa kenapa ya?" bisik Raisa pada Rei.
Dua anak itu mengintip dibalik tembok pembatas dapur dan ruang tengah.
Rei yang memang otaknya cair, langsung paham persoalan papanya itu. "Gak tau, dahlah kita ribut lagi aja."
"Dih?"
"Biar gak ketauan ngintip mama sama papa, tolol."
Raisa melirik sinis dikatai tolol oleh abangnya. "Yaudah, tapi gak usah pake tolol dong."
"Ah bawel lo. Ayo." Rei menarik tangan adiknya untuk kembali ke ruang tengah.
Disana keduanya bertatapan dan menghela nafas panjang sebelum melanjutkan rebutan remot tv.
"Gue duluan yang ambil!!"
Rei mengangkat remot itu tinggi tinggi. "Gak, gak. Gue duluan pokoknya, mau nonton bola nih!!"
"Ah! gue mau nonton sinetron!!"
"Alah sinetron azab lo tonton, gak bermutu. Udah bola aja."
Raisa naik ke sofa untuk mengambil remot dari tangan abangnya. "Bang ih!!! jangan tinggi tinggi!!"
"Dih? lo nya aja yang pendek,"
Keduanya sontak diam mendengar dehaman keras dari Jay yang berdiri di belakang sofa sana.
"Jangan rebutan." kata Jay dan beranjak kearah kamarnya, diatas sana.
Rei dan Raisa kompak menerjab pelan. Saling bertatapan. "Kok?"
Sama sama bingung juga kok papa nya yang biasa marah marah waktu pulang kerja, sekarang nggak.
"Stt, udah gapapa. Papa cuma lagi capek aja, banyak pikiran biasa."
Raisa mengangguk, tapi Rei hanya diam. Pikirannya berusaha keras, bertanya tanya juga.
"Emang papa sama genpa kenapa?"
Dan jawabannya menurut dia cuma satu. Yaitu ibu, neneknya sendiri.
"oke gua bakal cari tau sendiri, ada apa sama papa dan genpa."
Monday tersenyum manis pada dua anaknya. "Yuk makan, sambil nunggu papa, sambil cerita juga sama mama."
Raisa dengan senang bercerita tentang sekolahnya hari ini. Tapi Rei, dia tetap diam.
"Kamu gak mau cerita tentang hari ini sama mama?"
Rei menatap manik sang mama lama kemudian menggeleng pelan. "Gak ada yang perlu diceritain, ma."
Yaudah. Toh kalo dipaksa bakalan marah si sulungnya. Jadi Monday kembali mendengarkan sesekali menyahuti cerita Raisa.
---
Disini empatbelas tahun kemudian berarti,
Jay - 35 thn
Monday - 35 thn
Rei - 16 thn
Raisa - 15 thnOke sekian.