Monday menatap pantulan dirinya di kaca rias datar. Menangkap banyaknya bercak merah di leher sampai bahu.
Sedangkan mas suami ada di kasur, memejamkan mata pura pura.
"Mandi mas Jay jangan pura pura deh, udah siang."
Asli Jay dari tadi udah komat komit biar nggak disemprot sama nyonya. Dan bener, baru juga duduk si Monday mulai misuh.
"Bilangnya cuma satu ini kenapa banyak banget sih?!"
"yaallah."
Mau bilang, "teriak teriak sama suami dosa yang." Tapi nggak jadi karena suasana tidak mendukung.
"Y-ya kan kebablas yang, hehe."
Monday melirik sinis dari tempatnya. "Hehe? terus ini aku nutupin pake apa?!"
Jay mengusap tekuknya kaku, "Ya pake yang biasanya?"
"Abis!" sentak Monday lalu mencucu pelan. Karena frustasi.
Hening sebentar, keduanya masih di tempat masing masing. Sampai nyonya melirik sekilas suaminya.
"Kenapa masih duduk? mandi sana!"
Jay berdeham singkat lalu berdiri dan menyambar kaosnya yang tergeletak di lantai. "Iya, ini mau mandi."
Sepeninggalan Jay, Monday masih aja duduk di kursi. Menatap dirinya sendiri, dan memikirkan cara.
"Ini kalo gue turun pasti bakal keliatan dong??? ish!"
Kemudian menjatuhkan kening di meja sana. "Rei Rai plis banget, kalian pergi main dong hari ini."
Mengingat hari ini adalah hari Minggu. Insyaallah, anak anak pada pergi main.
"Punya istri galak banget," ujar Jay di dalam kamar mandi sana.
Iya. Itu orang mandi sambil misuh misuh. "Tapi baiknya kaga ketolong, gimana dong?"
"Au ah. Ini gue kalo keluar sekarang kena semprot lagi kaga ya?" gumamnya di bawah guyuran shower.
Dan. Benar! Jay kena semprot lagi. "Aku udah berkali kali bilang kalo pake baju tuh di kamar mandi biar sekalian!"
"Lupa ambil bajunya sayang,"
Monday mencibir dan menutup matanya dengan lengan. "Cepetan!"
Nasib nasib. Minggu bukannya santai gitu tapi malah kena semprot terus. Lagian napsunya nggak dikontrol. Canda napsu.
"Maaf mas Jay."
Jay mendadak berhenti saat akan memakai kaosnya. "Kenapa-- minta maaf?"
"Ya aku udah teriak teriak ke mas, kan dosa. Ih harus dimaafin pokoknya."
"Iya, dimaafin."
Monday tersenyum tapi tidak lama memudar begitu saja. "Ini gimana??? masa aku gak ikutan turun nanti??" ujarnya menunjuk bagian leher.
"Turun aja, gak usah ditutup lah." Jay menyibak rambut panjang itu dan terpampanglah.
Dengan santainya itu laki memiringkan kepala terus mengecup di salah satu tanda.
"Karya mas ini jangan ditutup."
---
hayooo