Kemah hari pertama sudah membuat Rei frustasi sekali. Sekarang acara mengingat beberapa tali.
"Bantuin gua anjir!" sentak Rei melihat regunya malah duduk sambil gibah.
Dia satu regu sama anak anak laknat; Willo, Mai dan Haikal.
"Panas Rei, lo aja dah. Bantuin temen dapet pahala lhoo."
Rei melempar tali yang dipegang pada Haikal. "Enteng banget itu mulut kalo ngomong."
Terus ikut duduk. Udah nyerah dia, nggak inget sama sekali tentang tali menali.
"Lho regu empat kok malah santai santai? talinya mana?" cetus salah satu pembina, Adam.
Willo menyahut sambil mengipasi wajahnya. "Nanti dulu pak, panas nih."
Adam menghela napas sabar. Dia sudah sering mendengar alasan tidak masuk akal dari mereka.
"Ya sudah, tapi dibuat lho ya. Nanti giliran maju."
Haikal mendadak bosan. Dia mengambil tali itu dan malah menali tangan kiri Mai.
"Eh Udin lo yang bener aja masa tangan gue yang ditali!!"
"Diem dulu elah. Satu lagi bentar, pinjem tangan beb." pintanya pada Willo.
Willo nya manut. Memberikan tangan kiri yang nganggur.
"Rei, gue denger kemarin lo nyindir si Caca, beneran?"
Rei mengangguk santai sambil merobek robek daun yang berjatuhan. "Abis dia genit ke bokap, masa gua diem aja."
"Genit gimana emang?" celetuk Mai yang sudah pasrah tangannya ditali menjadi satu dengan tangan Willo.
Haikal kurang ajar.
"Ya kaya biasa, senyum senyum ke papa. Padahal dia nabraknya bahu gua."
Willo langsung julid. "Dih, kurang kerjaan banget. Liat aja tuh tingkahnya, caper sama Allen. Gak tau malu."
"Emang. Ew!"
Itu si Haikal yang nyahut.
"Lo pada mau bantuin gua gak?" tanya Rei yang menyita atensi mereka.
"Bantu apa?"
Rei tersenyum miring, netranya masih menatap lekat Caca yang tengah cari perhatian.
"Nanti gua kasih tau di grup."
Mereka kompak berdiri mendengar seruan dari guru seni, Nada yang memang ikut jadi pembina.
"IYA BU INI MAU DIBIKIN!!!"
Haikal mendadak frustasi. "TALI MATI CARA AWALNYA BEGIMANA?????"
"GAK TAU!!!"
Dan berakhir mereka kena hukum. Karena terlambat, santai santai, nggak tau ginian lagi.
"Dasa Darma Pramuka, satu..... satu apaan weh!???" Rei histeris sendiri. Tidak hapal DDP.
Adam menyolek bahu Justin. "Kasih tau, nomor satu apa."
Justin berdeham pelan dan menegakkan badannya. "Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa."
"Dua."
"Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia."
Kali ini Justin menyelamatkan keempat curut kesayangannya itu.
"Bego. Gitu aja gak hapal."
Rei mengerling malas. "Ya gua lupa. Realistis dong."
"Ah lo mah bukan realistis lagi, tapi goblok overdosis." sahut Duta damai.
"Anj!!"
Sekarang sudah saatnya ganti jadwal. Bersih bersih diri lalu setelahnya ibadah sholat ashar dan istirahat.
---
Adam Panjaitan
a.k.a
Bapak Adam ( guru agama )"Orang sabar banyak pahalanya. Bentar ada telfon."