"Reishiva, nilai disemua mata pelajaran masih stabil dan semoga selalu stabil. Tapi bu,"
Rei sudah was was mendengar ucapan dari Darren. "Plis banget jangan ngomong aneh aneh bapak!!!!"
"Dia selalu bikin suasana kelas ramai. Baik saat pelajaran maupun jam kosong."
Jay langsung melirik tajam si anak. Dan Rei gelagapan sendiri. Dia membuang muka kearah lain.
"Udah sih pa, jangan natep Rei gitu." kata Rei berusaha santai.
Soalnya dia dari tadi ditatap tajam sama papanya. Risih plus takut.
"ma bantuin Rei.." lirih si anak sambil bersembunyi di belakang Monday.
"Mas.. udah ah."
Jay melirik sinis dan berjalan mendahului keduanya. "Belain aja terus, awas aja nanti nilai kepribadian ada c nya."
Rei gemeter dengarnya. Ini Jay kalo udah ngancem pasti bakalan terjadi. Dia kena beneran.
"papa mah ngancem terus, apa sendirinya gak pernah dapet nilai c."
Monday terkekeh pelan. Itu anak jalan sambil megang ujung bajunya.
"Gak pernah tau. Mama pernah liat rapotnya waktu itu."
"Serius??!"
Tanpa diduga, Rei berlari menghampiri Jay yang sedikit jauh darinya.
"Papa maafin Rei plis!!!"
Jay masih diam. Jalan terus, mana rahangnya keliatan keras banget. Sedap betul buat motong apel.
"Pa! maafin Rei.."
Anak kelas lain banyak yang kaget mendengar Rei menyebut Jay, papa nya.
"Itu papanya Reishiva Daya anak ips tiga?" satu siswi berujar tidak percaya.
"Iya kali. Tadi Rei kan manggil papa."
Semua melongo. Ada satu dari mereka yang tersenyum licik,
"Mungkin bisa gue deketin."
Rei masih mengejar Jay. Mana sambil senyum senyum kearah temannya yang menatap di jendela kelas.
"PAPA OH PAPA, TOLONG MAAFIN REI."
Jay menghela napas panjang terus berhenti. Membuat si anak menabrak punggungnya.
"ADOH!"
Monday jalannya di belakang. Sambil mengobrol sama maminya Shasa, si Soeun.
"Papa maafin tapi ada syaratnya."
Rei merengut kecil. "Ah syarat mulu, perhitungan banget. Apaan?"
"Tiga hari gak keluar main."
"APA?!"
Jay bersedekap dada. "Setuju gak?"
Tiga detik Rei berpikir dan akhirnya mengangguk pasrah. "setuju."
"Oke. Salaman dulu." si papa menyondorkan tangannya.
Dibalas langsung oleh Rei. Tapi mohon maaf, itu anak nggak ada ikhlas ikhlasnya.
"Uang jajan tambahin tapi."
Jay berdeham pelan. Masih berdiri di tempatnya, nunggu si istri yang masih ngobrol sama Soeun.
"Yes, yes!-- aduh!" rintih Rei saat bahunya ditabrak seseorang.
"Maaf Rei, gue gak sengaja."
Rei membantu memungut buku yang jatuh. "Ah iya santai aja."
"Makasih, duluan ya, mari om." pamit orang itu tidak lupa tersenyum pada Jay.
Dilirik sekilas saja, "hm, ya."
"Kenapa tadi?" tanya Monday yang tiba tiba sudah di samping suaminya.
Rei mengendikkan bahu. "Gak sengaja nabrak ma. Matanya gak dipakai buat jalan sih, tapi malah buat genit."
Dia sengaja berujar seperti itu karena tau orang yang menabrak tadi belum jauh darinya.
"Hush kamu tuh!"
Decakan kesal terdengar dari mulut orang itu. Kenapa Rei bisa tau, ah sial.
---
Darren Kartajaya
a.k.a
Bapak Darren yth
( walkes + guru sejarah )"Anak murid saya itu beda sama anak murid ibu."