"BELUM KE BANDUNG JUGA, INI KENAPA UDAH JADI HEH???!"
Detik itu juga Jay menghela napas panjang sekaligus lega, nggak lupa ngucap syukur alhamdulillah. Nggak jadi ke Bandung, itulah keinginannya. Hihiw.
"Apa bang, apa?" heboh Raisa menyrobot masuk diantara Rei dan mamanya. "Heh?? adek bayik udah jadi?? what!? aaaaaaaa senengnyaaaaaa!!!!"
"Bentar, kayaknya salah deh."
Jay udah ancang-ancang nahan nyonya yang mau balik sambil bawa itunya ke lantai dua. "Gak, itu bener. Kamu halangan tanggal sepuluh, sekarang udah telat satu minggu."
"Oh? iya kah,"
Lain lagi sama Rei Raisa yang malahan nontonin mama papanya secara gantian, tengok kanan-tengok kiri.
"Kita ngapain disini?" tanya Rei sambil nyolek lengan adiknya pelan.
Raisa menggeleng samar. "Gak tau." sautnya singkat.
Setelah diem berapa menitan, Monday balik lagi kesadarannya. "Yaudah, berarti gak jadi ke Bandung."
"Iya, emang gak perlu ke Bandung."
Jawab lagi, nggak tau kenapa sih si Jaya susah banget diajakkin ke Bandung, padahal kan deket.
"Assalamualaikum!"
Tamu masuk yang mana adalah Susan, mana sambil nentengin parcel buah, nggak tau dari siapa.
"Yaallah, bentar," Susan diem, ngitung dalam hati. "Udah lima aja.. hiks."
Dilihatin doang sama anaknya. Jay mau berkata kasar tapi inget duluan kalo ini ibu nyonyah, nggak bisa. "Mama ngapain sih?"
"Oh ini, ekhem anu terharu, iya terharu."
Rei beranjak mendekat kearah meja, "ibu, ini buah semuanya dari siapa?"
Susan melirik sekilas terus nggak lama garuk pelipisnya sendiri. "Gak tau, itu ibu dapet satu paket sama bunga, gak ada suratnya juga."
"Loh? terus bunganya mana?" tanya Monday berniat berdiri tapi keburu ditahan biar duduk aja. "Aku mau bikin minum ibu, mas."
"Duduk. Bikin minum doang gampang."
Balik lagi ke Susan. Dia bukannya nggak kepo sama orang yang mendadak ngirim kaya gituan, tapi ya emang mager.
"Bunganya ada di mobil, ibu lupa bawa."
Raisa ngobak-abik isi parcelnya terus nggak lama nemu sesuatu. "Ini, ada nih surat."
"Mana, coba baca!"
"Rei, jangan ah itu punya ibu, gak sopan." tegur Monday tapi dibales nggak papa, baca aja nggak papa, bukan privasi juga, sama Susan.
"Yaudah, ibu aja baca."
Karena permintaan tuan muda kesayangan ibu nyonyah, alhasil Susan manut. "Untuk nyonya Susan Prayoga, ini aku calon imammu HELEH PRET!"
"Aduh males nih ibu yang kaya gini, baca aja nih baca."
Rei buka lagi suratnya dan mulai dibaca barengan sama Raisa. "Aku tau kok kamu udah ada cucu, gak papa, itu berkah. Oh, udah dulu ya, ada meeting, salam sejahtera Be."
"Ew geleuh."
"Dikira chat apa gimana, udahan dulu ya. Bwahahahahahahaha"
Susan malu. Dia mau cari siapa yang coba coba confess tapi caranya kaya gini, awas aja kalo ganteng bakal dia bawa kabur, membentuk keluarga baru yang humoris dan asekoris.