Workaholic |3| |Allard Levi Hernadez|

21.8K 1.8K 80
                                    

Hai readers!

I'm back!

Don't forget to vote, comment, and share ya!

Happy reading!

Thank you!

***

Pintu mobil yang berharga lebih dari seratus milliar jika dirupiahkan itu terbuka, seorang pria yang mengenakan setelan hitam keluar di sana. Allard Levi Hernadez, salah satu bujangan paling diminati di seluruh negeri. Tidak hanya tampan, Allard merupakan billionaire berusia tiga puluh tahun yang terkenal tidak terlalu dingin. Setidaknya, tidak sedingin sang ayah ketika masih muda dulu.

Dengan tangan kanan, Allard memberikan remote dan tip kepada petugas. Sementara itu, tangan kirinya memegang ponsel di telinga. "Hai, Sister. Aku sudah sampai di restoran yang kau katakan."

Pintu restoran dibuka. Pelayan menghampiri Allard yang melangkah masuk.

"Katakan saja meja atas nama Veila Hernadez, Al. Cepatlah. Kau sudah terlambat sepuluh menit."

Allard menghela napas. "Aku tidak tahu kenapa kau dan Cedric mengundangku makan malam. Kalian ingin aku menjadi nyamuk atau bagaimana?"

Meskipun gila kerja, Allard adalah pria yang tepat waktu. Namun, mengingat dirinya yang akan menjadi nyamuk alias orang ketiga, Allard sengaja datang terlambat.

"Karena itu, segera temukan kekasih, Al. Adikmu saja sudah hampir melahirkan."

Allard sedikit menjauhkan ponselnya lalu menatap sang pelayan. "Atas nama Veila Hernadez."

Sambil melangkah mengikuti pelayan, Allard kembali mendekatkan ponselnya. "Aku akan menikah kalau bertemu dengan wanita seperti mommy."

Terdengar helaan napas dari sebrang sana. "Mungkin kau akan menikah umur empat puluh, Al."

"Hei. Kau ingin menikah dengan pria yang seperti daddy atau sepertiku, lalu kau berjodoh dengan Cedric."

"Kami sudah kenal dari bayi, Allard Hernadez," sahut Veila, terdengar jengah.

Begitu tiba di ruangan utama restoran yang mewah dan tidak menemukan sosok Veila maupun Cedric, Allard menghentikan pelayan di hadapannya. Ia menurunkan ponselnya. "Di mana mejanya?"

"Di sana, Sir."

Allard mengikuti arah yang ditunjuk kelima jari pelayan pria itu. Di sana, ada seorang wanita bersurai hitam yang menatap pemandangan kota New York.

"Veila Hernadez." Allard menggeram pelan. Bukan mommy-nya, melainkan adik Allard yang sangat gencar untuk mencarikan Allard pasangan, semakin parah sejak Veila menikah. Adiknya itu bilang bahwa menikah menyenangkan.

Ya, tentu saja menyenangkan jika menemukan pasangan yang tepat. Jika sebaliknya, maka sama saja dengan neraka dunia.

Sepertinya Veila mendengar pembicaraan dan gumaman Allard. Karena itu, saat Allard hendak mencecar adiknya, panggilannya sudah ditutup.

Allard berdecak pelan lalu menatap sang pelayan. "Kau boleh pergi. Terima kasih."

Allard duduk di meja yang kosong. Dahinya berkerut, menunjukkan dirinya sedang memikirkan sesuatu. Allard tidak suka kencan buta, dijodohkan, dan segala hal yang diatur. Ia ingin bertemu dengan wanita yang benar-benar ditakdirkan untuknya.

Workaholic (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang