Hai readers!
I'm back!
Don't forget to vote, comment, and share ya!
Happy reading!
Thank you!
***
Mobil Allard berhenti di lingkungan salah satu tempat yang terkenal di New York. Secara otomatis, perhatian Carra tertuju pada sekitar. Ia mengedarkan pandangannya ke luar jendela mobil, di mana bangunan Top of The Rock berada.
Cara mengenali bangunan tersebut. Tapi seingatnya, Carra belum pernah benar-benar mengabiskan waktunya dengan santai di dalam sana. Perlu diingat lagi bahwa Carra merupakan seseorang yang gila kerja. Ia lebih memilih menyelesaikan pekerjaannya, melakukan riset, daripada menghabiskan waktu untuk healing. Bahkan saat berkencan dengan para mantan kekasihnya pun, Carra lebih memilih ke restoran atau jalan-jalan di taman sejenak daripada pergi ke tempat hiburan atau tempat-tempat seperti Top of The Rock.
Mungkin kedengarannya membosankan, tapi itu hidup seorang Carra Morris.
Akibat terlalu tenggelam dalam pikirannya, Carra terkesip ketika mendengar suara pintu terbuka. Ia menoleh ke sumber suara dan mendapati Allard tengah membukakan pintu untuknya.
Mata Carra melebar. Jantungnya spontan berdetak kencang. Seorang Allard Levi Hernadez membukakan pintu untuk dirinya.
Melihat keterkejutan yang belum hilang dari wajah Carra, seulas senyum geli terukir di wajah Allard. "Kau mau di dalam sampai kapan, Carra?" tanyanya sembari bergerak menumpukan sebelah tangannya di atap mobil sementara tangan lain di pintu mobil. Tubuhnya yang tinggi tegap membungkuk.
Carra menggerjap. "Maaf membuat Anda menunggu, Sir. Terima kasih sudah membukakan pintu," responnya sebelum bergerak keluar dari mobil.
"Panggilan itu lagi," gumam Allard sambil berdecak pelan. Ia sedikit menyingkir, memberikan ruang bagi Carra untuk keluar dari mobil.
"Mr. Hernadez, saya mau menutup pintunya," ucap Carra, tatapannya mengarah pada posisi Allard yang berada di antara pintu dan body mobil.
Kernyitan tidak suka tercipta di dahi Allard. Pandangannya langsung tertuju pada tangan Carra yang sudah memegang pintu mobil, siap menutupnya.
Dengan cepat, Allard menegakkan tubuh dan menyambar tangan Carra, memasukkannya dalam genggamannya yang hangat. Tangan Carra terasa sangat pas dalam genggamannya. "Tidak ada yang menyuruhmu menutup pintu mobil," ujarnya tegas seraya menggandeng Carra masuk. Sedangkan mobilnya? Urusan petugas.
Carra mengikuti langkah lebar Allard tanpa kesusahan, akibat dirinya terbiasa melangkah cepat yang biasanya untuk menghemat waktu. Itu lebih baik daripada Anda yang menutup pintu mobil. Jeda sejenak, ia menoleh ke belakang. "Di mana Albert?"
Diam-diam, Allard menghela napas pelan ketika mendengar nama Albert. Fokus, Carra. Ia mengeratkan genggamannya sehingga Carra kembali memusatkan perhatian padanya. "Kita sudah mulai menjadi sepasang kekasih. Hapus bahasa formalmu."
Sebelah alis Carra sedikit terangkat. "Tidak ada yang mengetahui identitas saya, jadi tidak masalah kalau ada yang melihat kita tidak mesra layaknya kekasih lain. Anda bisa melepaskan tangan saja juga, Sir."
Bukannya melepas tangan Carra, Allard malah semakin menggenggamnya. "Tapi sebagian besar orang akan tahu bahwa foto kita di ambil di tempat ini, Carra. Apalagi pegawai di sini. Mereka akan merasa ada sesuatu kalau kita terlihat aneh," sahutnya kekeh namun tetap dengan suara lembut.
![](https://img.wattpad.com/cover/278149770-288-k614825.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Workaholic (Republish)
RomansaREPUBLISH 1 #billionaire 1 #work 1 #fakelove 1 #barat 1 #end Carra Morris adalah wanita biasa yang menjabat sebagai manajer umum VH Hotel. Sedangkan Allard Levi Hernadez seorang CEO & owner Hernadez Group, anak keluarga Hernadez, sekaligus the mos...