Hai readers!
I'm back!
Don't forget to vote, comment, and share ya!
Happy reading!
Thank you!
***
Ketika langit masih cukup terang di sore hari ini, Allard sudah melangkah ke ruangan Carra dengan langkah lebar. Sudah lebih dari 24 jam ia tidak bertemu dengan Carra sejak dari rumah sakit, ketidaksabaran dalam diri Allard tidak bisa diabaikan lagi.
Akhirnya setelah menyelesaikan sebagian besar pekerjaannya dan memutuskan menunda yang tidak terlalu mendesak ke hari esok, maka di sinilah Allard. Di depan ruangan Carra untuk bertemu dengan wanita itu lebih cepat.
Melihat kedatangan Allard, kedua sekretaris Carra segera berdiri. "Mr. Hernadez. Ms. Morris tidak ada di dalam," ucap Amanda.
Kaki Allard berhenti melangkah. Ia menoleh dengan dahi sedikit berkerut. "Dia sedang meeting?" Carra adalah seorang workaholic, jadi Carra kemungkinan besar sedang bekerja baik di dalam maupun di luar ruangan kerjanya.
Rosa menggeleng. "Tidak, Sir. Hari ini adalah satu-satunya hari dalam setahun di mana Ms. Morris meminta cuti."
Masih sambil sedikit mengernyit binggung, Allard mengangguk. "Baiklah. Terima kasih."
Dengan lunglai, Allard berbalik dan berjalan ke lift. Pikirannya berkecamuk. Di satu sisi ia kecewa karena tidak bisa langsung bertemu dengan Carra. Di sisi lain, ia mengkhawatirkan--sangat khawatir dengan Carra. Ada apa dengan hari ini sehingga Carra meminta cuti? Apa terjadi sesuatu?
Allard menimbang-nimbang apakah ia harus menelepon Carra. Bisa saja hari ini merupakan sebuah hari penting bagi Carra. Di hari penting seperti ini, apakah Allard pantas untuk menelepon? Sungguh, kenapa Carra tidak memberitahunya? Allard adalah calon kekasih Carra.
Benar, aku calon kekasih Carra. Sudah jelas ada sesuatu tidak biasa antara aku dan Carra. Jadi tidak masalah kalau aku bertanya dan menemani Carra daripada menjadi orang galau seperti ini.
Lift berdenting lalu terbuka di lantai satu. Allard keluar dari sana dengan ponsel menempel di telinga kanan, ia tengah berusaha menghubungi Carra. Tapi beberapa saat kemudian, Allard menutup pintu mobilnya sedikit keras karena terdengar suara operator di sebrang sana. Carra tidak mengangkat panggilannya!
***
Di tempat lain, beberapa saat sebelum Allard mencari Carra, Carra berjongkok di sisi sebuah makam yang sangat terawat.
Carra menggigit bibirnya. Ia menggerjapkan matanya sebelum mengukir sebuah senyuman di wajahnya. Tangannya mengusap nisan yang bertuliskan nama Diego Morris tersebut.
Ya, Carra sedang berada di makam ayahnya. Satu-satunya hari Carra mengambil cuti dalam setahun ialah peringatan hari ayah kandungnya, Carra Morris.
"Hai, Dad. How are you? Hari ini tepat delapan tahun kau meninggalkanku survive sendiri di sini. Aku harap kau selalu baik-baik saja di sana dan bisa melihatku. Aku harap kau bangga denganku dari atas sana," lirih Carra dengan suara semakin serak.
Meskipun sudah berjanji tidak akan menangis lagi karena ayahnya sudah mendapatkan tempat terbaik di atas sana, dada Carra terasa sangat sesak. Air mata berusaha merebak dari matanya. Carra tidak sempat membahagiakan ayahnya. Dan Carra sangat--
KAMU SEDANG MEMBACA
Workaholic (Republish)
Roman d'amourREPUBLISH 1 #billionaire 1 #work 1 #fakelove 1 #barat 1 #end Carra Morris adalah wanita biasa yang menjabat sebagai manajer umum VH Hotel. Sedangkan Allard Levi Hernadez seorang CEO & owner Hernadez Group, anak keluarga Hernadez, sekaligus the mos...