Workaholic |25| |With Me, You are Save|

13.8K 1.2K 81
                                    

Hai readers!

I'm back!

Don't forget to vote, comment, and share ya!

Happy reading!

Thank you!

***

Di akhir minggu selanjutnya, Allard dan Carra sudah duduk bersisihan di dalam mobil mewah Allard lagi. Allard fokus mengemudi, namun sesekali netranya mencuri-curi memandang Carra.

Seulas senyum kecil tidak henti-hentinya terpatri di wajah Allard. Kali ini ia berhasil mengajak Carra menghabiskan waktu bersama dengan alibi membantu Allard mencari hadiah untuk keponakannya, anak Cedric dan Veila yang lahir tidak lama lagi.

Jika mau, katakan saja Allard menggunakan trik. Tapi bukannya dirinya memang harus pandai menciptakan serta menggunakan kesempatan? Selama tidak merugikan dirinya terlebih Carra sendiri. Biarlah sesekali, sejak dalam kandungan, keponakan Allard sudah membantu omnya. Siapa tahu dengan begitu keponakan Allard bisa memiliki sepupu lebih cepat?

Dengan senyum melebar, Allard menggeleng pelan ketika menyadari apa yang ia pikirkan. Pemikiran yang sudah sangat jauh.

Allard memilih melirik Carra sekilas kembali. Ia mendapati Carra yang sedang menunduk, fokus mengotak-atik ponselnya.

"Apa yang kau lihat?" tanya Allard lembut sembari kembali fokus ke jalanan di depannya karena lalu lintas yang tidak bisa dikatakan lenggang.

Carra menegakkan tubuh kemudian menghembuskan napas panjang. Tangannya mengulir layar ponselnya. "Siapa kekasih Allard Hernadez? Kekasih Allard Hernadez adalah wanita karier. Kekasih Allard Hernadez memiliki rambut blonde. Pandai memasak, memiliki tubuh bak model dan karier cemerlang, siapa gerangan kekasih Allard Hernadez? Kekasih Allard Hernadez merupakan tamu atau pekerja VH Hotel," ucap Carra panjang lebar, membaca beberapa judul artikel yang memuat tentangnya dan Allard.

Seiring berjalannya waktu, identitas Carra semakin terancam terbongkar. Setiap ciri-ciri yang diberitakan semakin lengkap dan menunjukkan sosok Carra.

Carra menurunkan ponselnya. Ia menyandarkan tubuhnya pasrah lantas menoleh menatap sosok Allard. "Semakin lama, identitasku bisa terbongkar, Al." Ia menjeda sejenak. "Bahkan Rosa dan Amanda sudah menebaknya sejak awal, lirihnya."

Satu tangan Allard tetap memegang roda kemudi, sedangkan tangan lainnya bergerak menurunkan ponsel Carra. Tangannya menggenggam tangan Carra erat, sementara kepalanya sesekali tertoleh untuk memandang Carra. "Satu hal yang dapat aku janjikan, Carra. Dengarkan baik-baik."

Mobil Allard berhenti tepat di depan lobi sebuah mal yang terbesar dan sangat terkenal. Setelah itu, Allard memutar tubuhnya sehingga ia benar-benar menghadap Carra sepenuhnya. Netra birunya menyelami mata cokelat Carra. "Aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi kepadamu. Selama ada diriku, semua akan baik-baik saja. Terutama dirimu, kau aman."

Mendengar suara Allard yang kelewat lembut dan dalam, terlebih dengan segudang kata-kata Allard, jantung Carra sontak tidak bisa bekerja dengan normal. Jantungnya berdegup kencang. Tangannya mulai berkeringat dingin, mencengkram ponselnya erat. Apalagi mata biru Allard yang tak berhenti tertuju padanya.

Beberapa saat kemudian, Carra berdeham. "Mari keluar, Sir. Aku tidak ingin menimbulkan antrian." Carra langsung melepaskan tangan Allard yang beruntungnya berhasil. Lalu ia turun lebih dulu.

Di dalam mobil, Allard menggulum senyum. "Tidak akan ada yang berani mengusir kita, My Carra," gumamnya sendiri sebelum bergerak mengikuti Carra.

Workaholic (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang