Workaholic |74| |The Surprise. Failed or Not? (1)|

3.2K 252 3
                                    

Hai readers!

I'm back!

Don't forget to vote, comment, and share ya!

Happy reading!

Thank you!

***

"Terakhir, pembalap tampan yang sangat spesial dan ditunggu-tunggu hari ini, ALLARD LEVI HERNADEZ!!"

Sorakan langsung memenuhi bangku penonton. Terdengar banyak suara yang menyerukan suara Allard.

Sementara itu, Carra semakin terpaku di bangkunya. Jantungnya berdegup kencang. Netra cokelatnya mengikuti pergerakan Ferrarri merah yang dikendarai Allard. Saat kamera menyunting sosok Allard dari dekat, Carra bisa mengenali bahwa pengemudi Ferrari itu sungguh-sungguh kekasihnya. Allard tengah berada dalam balutan pakaian pembalap, di dalam mobil balap, siap bertanding melawan para pembalap profesional.

Carra menggeleng pelan. Matanya terus tertuju pada Allard. "Tidak boleh," gumamnya yang mengundang atensi empat orang di kanan kirinya, terutama Veina dan Veila yang berada tepat di sebelahnya.

"Ada apa, Carra?" tanya Veina.

Masih sambil menatap Allard yang sudah berbaris dengan pembalap lainnya, Carra terus menggeleng. "Tidak boleh. Allard tidak boleh mengikuti pertandingan ini," ucapnya sebelum beranjak berdiri.

Veila menahan tangan Carra. "What's going on, Sis?"

Alex yang duduk di sebelah Veina memajukan tubuhnya dan menarik Carra duduk. "Tenanglah, Carra. Duduklah."

"Kau tidak akan bisa menghentikannya, Carra. Pertandingan sudah hampir dimulai," ucap Cedric yang masih tetap memangku Chris.

Mata Carra mulai berkaca-kaca. Tangannya gemetar dan berkeringat dingin. "Daddy meninggal saat mengikuti balapan mobil seperti ini." Wanita yang sudah kembali duduk itu menggeleng. "Lawan Allard adalah orang-orang profesional," lanjutnya masih berupa gumaman, tapi cukup terdengar oleh empat orang di sisinya.

Carra memutar tubuhnya menghadap kedua orang tua Allard yang berada di sisi kanannya. "Uncle, Aunty, halangi Allard. Aku mohon."

Dengan erat, Veina menggenggam kedua tangan Carra. "Carra, kami adalah orang tuanya. Kami tidak menghalanginya karena kami tahu Allard mampu. Percayalah kepadanya." Ia mengusap lengan atas Carra. "Aunty tahu kau trauma. Tapi percayalah, Allard bisa. Tidak mungkin juga kita menahannya saat pertandingan dimulai beberapa detik lagi."

Tangan kanan Carra mulai mengusap kedua gelangnya dengan keras. "I just--"

Veila mengusap bahu Carra. "Semua akan baik-baik saja. Kejadian itu tidak akan terulang, Carra."

Begitu terdengar suara pertandingan akan segera dimulai, mau tidak mau Carra pasrah. Sambil terus memandang ke depan dengan khawatir, ia mengusap gelangnya hingga terasa panas. Ia tidak berhenti merapalkan doa dalam hati. Ia berusaha menahan diri untuk tidak bangkit berdiri, berlari ke tengah-tengah sirkuit, lalu menarik Allard dan memarahi Allard.

Veina dan Veila mengusap bahu Carra agar Carra lebih tenang. Beberapa menit kemudian, mereka bisa merasakan Carra yang menghembuskan napas lega ketika Allard melewati putaran pertama dengan mulus.

Tatapan Carra semakin tajam dan terus mengikuti mobil Allard yang mulai aktif menyalip mobil lain dengan mulus. Ia bersyukur kamera terus mengikuti mobil Allard dan sosok kekasihnya tersebut.

Workaholic (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang