Hai readers!
I'm back!
Don't forget to vote, comment, and share ya!
Happy reading!
Thank you!
***
Allard tidak menghiraukan tatapan tajam Carra, tetap bersitatap dengan Heidi. "Aku yakin dia sekarang sedang menatapku tajam karena rencana Veila ini."
"Rencanamu, Allard," desis Carra yang ia pastikan hanya bisa didengar Allard.
Allard sedikit menoleh, sehingga bibirnya hampir bersentuhan dengan telinga Carra. "Ingat kata-kataku, ikuti apa yang aku lakukan."
Carra tersenyum terpaksa. Ia mengangguk lantas beralih menatap Heidi. "Maaf, Ms. Blanc. Kami masih merahasiakan hubungan kami jadi–"
"Jadi Veila melakukan ini," sambung Allard sambil menghadap Heidi lagi.
Allard semakin memeluk pinggang Carra hingga tangannya berada di depan perut Carra. "Tadinya, kami mau mengakui hubungan kami ke Cedric dan Veila. Tapi ternyata, mereka tidak datang."
Carra dapat melihat perubahan raut wajah Heidi yang meredup. Wanita itu terlihat tidak nyaman. Tidak heran. Siapa yang tidak kecewa jika pria tampan yang hendak kencan buta dengannya malah membawa wanita lain?
Senyum penuh keterpaksaan terukir di wajah Heidi. "Silakan duduk."
Carra balas tersenyum tipis. "Terima kasih."
Sembari mengiring Carra ke kursi, Allard kembali mendekatkan bibirnya ke telinga Carra. "Kerja bagus. Pintar."
Carra menoleh, hanya menyisakan jarak tak sampai lima sentimeter di antaranya dan Allard. "Tenang, saya tidak akan meminta gaji tambahan, Mr. Hernadez."
Allard menarik kursi untuk Carra, sehingga Carra lanjut berbicara, "anggap saja gaji tambahan saya untuk Anda yang menarikkan kursi bagi saya."
Kedua tangan Allard beralih memegang kedua bahu Carra lantas mengarahkan wanita itu untuk duduk. "Allard, Carra," bisiknya sambil menyejajarkan dirinya di sebelah wajah Carra.
Senyum Carra melebar. Lalu ia menggenggam tangan Allard. "Thank you, Al."
Allard menyeringai. "Your welcome," sahutnya sembari mengecup punggung tangan Carra dan menatap Carra penuh arti.
Seketika sekujur tubuh Carra menegang. Dengan gugup, ia segera menarik tangannya dari tangan besar Allard. Ia masih bisa merasakan saat-saat bibir Allard yang menyapu punggung tangannya. Dan, di dalam sana, jantung Carra berdetak kencang tanpa bisa ia kendalikan.
Allard duduk di sebelah Carra lantas mencondongkan tubuhnya ke wanita yang memerah itu. "Rileks," bisiknya.
Melihat kemesraan Allard dan Carra, Heidi memanggil pelayan. Ia harus mengalihkan tatapannya, mengalihkan perhatiannya dari pasangan di hadapannya. Namun sepertinya pilihannya salah.
Di hadapan Heidi, Allard sedang memegang buku menu sambil merangkul Carra. Mata keduanya tertuju pada buku menu. Sesekali mereka melempar senyum, tertawa kecil, dan berbicara ringan dengan mesra.
Dengan kesal, Heidi menutup buku menunya. Ia menatap Allard dan Carra bergantian lalu tersenyum terpaksa. "Maaf, aku tiba-tiba ada urusan. Selamat malam."
Tatapan Carra mengikuti pergerakan Heidi yang mengambil tas sebelum melenggang pergi dengan langkah lebar.
Sepeninggal Heidi, Carra menghela napas lega. Namun, ia mengernyit ketika pelayan undur diri setelah mengulang pesanan Allard dan Carra. "Kita jadi pesan, Sir? Bukankah Ms. Blanc sudah pergi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Workaholic (Republish)
RomanceREPUBLISH 1 #billionaire 1 #work 1 #fakelove 1 #barat 1 #end Carra Morris adalah wanita biasa yang menjabat sebagai manajer umum VH Hotel. Sedangkan Allard Levi Hernadez seorang CEO & owner Hernadez Group, anak keluarga Hernadez, sekaligus the mos...