Hai readers!
I'm back!
Don't forget to vote, comment, and share ya!
Happy reading!
Thank you!
***
Setelah wanita yang ternyata bernama Shelly yang tak lain merupakan teman kuliah Allard itu undur diri tanpa menunggu lama, Carra memberontak dengan keras. Ia menyentak tangan Allard tanpa ampun.
"We need to talk, Mr. Hernadez," ucap Carra penuh penekanan sambil menatap Allard dingin. Mata cokelatnya menatap lurus kedua mata Allard, memancarkan tatapan tajam.
Detik berikutnya, Carra menyingkir dari pangkuan Allard. Ia berdiri lantas membungkuk sejenak. "Saya permisi dulu."
Tanpa menunggu jawaban anggota keluarga Hernadez yang hanya menatapnya, Carra segera melangkah menjauh dengan langkah lebar. Ia memegang dahinya kemudian memejamkan matanya sesekali. Ia berusaha mengabaikan beberapa pasang mata pegawai VH Hotel yang memandangnya. Carra harus menjauh dan berpikir jernih sekarang, memperjelas semuanya.
Carra tidak keberatan membantu Allard. Tapi tidak dengan pura-pura menjadi kekasih Allard di tempat kerjanya sendiri seperti ini. Apalagi secara tiba-tiba seperti ini. Banyak orang yang melihat aksi Allard barusan, bagaimana jika pegawai VH Hotel salah paham? Bahkan tidak hanya satu pegawai VH Hotel yang mengetahui aksi Allard. Carra hanya berdoa agar mereka tidak berpikiran aneh-aneh atau berlebihan. Sungguh, Carra hanya tidak mau pekerjaannya terganggu.
Satu lagi, hal yang tak kalah Carra khawatirkan. Carra tidak mau jantungnya berdetak kencang karena Allard, seperti tadi hingga sekarang ini. Carra tidak mau jatuh cinta pada orang yang tidak bisa ia gapai. Berdekatan dengan Allard hanya akan membuat hatinya semakin luluh dan berharap.
Sedangkan di meja di mana keluarga Hernadez duduk, Allard segera ikut bangkit berdiri. Seketika pusat perhatian keluarganya menjadi tertuju pada Allard sendiri, dari Carra yang mulai menjauh.
Sebelah alis Veila terangkat. "Kau melakukannya secara tiba-tiba?" ucapnya penuh selidik.
Allard menghela napas pelan. "Shelly datang secara tiba-tiba."
Alis Alexander Hernadez menyatu. "Siapa yang mengajarimu seperti itu, Allard?"
Dahi Allard berkerut. "Aku hanya mengikuti kata hatiku, Dad. Sudahlah, aku harus mengikuti Carra, dia semakin jauh," responnya tanpa mengalihkan tatapan dari Carra yang mulai jauh.
"Pergilah, Al," ujar Veina lembut sembari mengusap punggung tangan putranya. Setelahnya, Allard langsung mengikuti Carra dengan langkah lebar.
Begitu sampai di tempat tujuannya yaitu sebuah kolam renang indoor yang sepi karena hanya bisa disewa secara khusus, Carra menghembuskan napas panjang guna menenangkan dirinya sendiri. Matanya terpejam. Ia berusaha menetralkan emosinya. Emosi marah, kesal, lelah, dan lain sebagainya.
Mendengar derap langkah yang berhenti tepat di belakangnya tak lama kemudian, Carra berbalik. Namun, ia langsung terperanjat akibat posisinya dan Allard yang sangat dekat. Otomatis Carra melangkah mundur. Ia memekik ketika tubuhnya kehilangan keseimbangan karena menginjak tepi kolam renang.
Allard dengan sigap menahan pinggang Carra tepat waktu, tapi ia tidak berniat sama sekali untuk membantu Carra berdiri tegak. Tangannya menahan tubuh Carra, sedangkan matanya bersitatap dengan netra cokelat Carra. Tangannya tetap melingkari pinggang Carra, tanpa ada niatan melepaskannya. Bahkan ia tidak keberatan sama sekali dengan jarak yang tak sampai lima sentimeter di antaranya dan Carra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Workaholic (Republish)
RomansaREPUBLISH 1 #billionaire 1 #work 1 #fakelove 1 #barat 1 #end Carra Morris adalah wanita biasa yang menjabat sebagai manajer umum VH Hotel. Sedangkan Allard Levi Hernadez seorang CEO & owner Hernadez Group, anak keluarga Hernadez, sekaligus the mos...