Hai readers!
I'm back!
Don't forget to vote, comment, and share ya!
Happy reading!
Thank you!
***
Bugatti hitam itu berhenti di depan pintu utama sebuah gedung apartemen menengah ke atas. Pintu mobil terbuka, seorang pria yang mengenakan kemeja biru muda melangkah keluar. Pria yang memakai kacamata hitam itu mengitari mobilnya. Aura yang terpancar dari dirinya sangat menyita perhatian.
Namun, saat baru saja hendak menyerahkan kunci mobil ke petugas, mata biru pria itu menangkap seorang wanita bersurai pirang yang tengah berjalan mendekat. Carra Morris.
Seketika seulas senyum tipis terukir di wajah pria yang tak lain merupakan Allard Hernadez tersebut. Ia urung menyerahkan kunci mobilnya. Ia mengangguk pelan kepada sang petugas sebelum segera beralih memusatkan perhatian pada Carra.
Sedangkan di dalam gedung apartemennya dengan pintu yang terbuat dari kaca sebagai pembatas, Carra otomatis berhenti melangkah ketika mengangkat kepala dan mendapati Allard Levi Hernadez berada di depan gedung apartemennya. Seorang Allard Hernadez sedang menunggunya dan menjemputnya.
Carra terpaku. Sekitar tiga langkah lagi apabila ia melangkah maju, pintu otomatis di depannya akan terbuka. Tangan Carra yang memegang tasnya menguat, mencengkramnya lebih erat untuk melampiaskan perasaan gugup yang mulai melanda.
Akibat mendapati Allard yang membalas tatapannya, dengan cepat Carra menguasai diri dan melanjutkan langkahnya. Carra menarik napas sembari terus mengingatkan diri agar tidak mengharapkan sesuatu yang lebih pada Allard serta mengingatkan diri supaya tidak terbawa perasaan. Bersamaan dengan itu, pintu pembatas antara bagian luar dan dalam gedung apartemen Carra terbuka.
Carra mengangkat kepalanya, membalas tatapan Allard dengan percaya diri. Kakinya melangkah, menghampiri Allard tanpa ragu.
Sontak senyum terukir di wajah Allard tatkala Carra berada di hadapannya. "Tepat waktu sekali," ucapnya lembut.
Carra mengangguk sopan sambil menyampirkan anak rambutnya di telinga. "Selamat siang, Mr. Hernadez."
Tangan Allard terulur menegakkan tubuh Carra. "Tidak perlu terlalu formal. Kita sedang di luar kantor." Ia mempertemukan matanya dengan mata cokelat Carra yang jernih. "Dan kita adalah sepasang kekasih, lanjutnya dengan suara penuh arti.
Carra mengulas senyum tipis. Perlahan ia menurunkan tangan Allard dari bahunya. "Perlu saya tekankan, sepasang kekasih palsu, Mr. Hernadez."
Allard menghembuskan napas seraya menggedikkan bahu. "Well. Kalau begitu kita harus berakting dengan baik." Ia bergerak membuka pintu mobilnya untuk Carra. "Profesional, Carra."
Tidak ada tanda-tanda Carra berniat memasuki mobil Allard. "Kita harus menunggu reporter yang saya sewa dulu, Mr. Hernadez."
Dahi Allard sedikit berkerut karena ia baru mengingat syarat Carra untuk membantunya. Wanita yang bersurai gelombang di bagian bawah itu ingin meminta bantuan reporter kenalannya. Tapi bisa-bisanya Allard lupa?!
Allard bukan orang yang mudah lupa. Sepertinya ini terjadi karena allard terlalu bersemangat menghabiskan akhir pekan bersama Carra, lebih tepatnya berkencan meskipun masih sebagai kekasih palsu. Masih.
Saat Allard berniat membuka mulutnya untuk menyahut Carra, sebuah suara mendahuluinya yang disusul suara pintu mobil ditutup. "Carra!"
Kenyitan Allard semakin dalam begitu menyadari suara tersebut adalah suara pria. Dengan cepat, Allard menoleh sekaligus melemparkan tatapan tajam pada seorang pria yang berlari mendekati Carra.
![](https://img.wattpad.com/cover/278149770-288-k614825.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Workaholic (Republish)
Lãng mạnREPUBLISH 1 #billionaire 1 #work 1 #fakelove 1 #barat 1 #end Carra Morris adalah wanita biasa yang menjabat sebagai manajer umum VH Hotel. Sedangkan Allard Levi Hernadez seorang CEO & owner Hernadez Group, anak keluarga Hernadez, sekaligus the mos...