Hai readers!
I'm back!
Don't forget to vote, comment, and share ya!
Happy reading!
Thank you!
***
Ting. Tung. Ting. Tung.
Bel apartemen Carra berbunyi. Hal itu membuat pemiliknya yang sedang mengeringkan rambut segera beranjak berdiri dan berlari kecil ke pintu.
Tanpa melihat interkom, Carra langsung membuka pintu apartemennya. Seketika, ia membeku begitu mata cokelatnya langsung bertemu dengan mata biru yang menatapnya lembut. Tubuhnya menegang.
Jantung Carra langsung berdegup kencang. Matanya sedikit melebar dan tidak berkedip. "Allard," ucapnya spontan dengan heran.
Senyum manis terukir di wajah Allard. "Akhirnya kau tidak memakai bahasa formal di luar jam kerja tanpa harus aku minta, Carra."
Menyadari kesalahannya, Carra mengerjap. Ia segera menguasai dirinya. "Ada keperluan apa Anda kemari, Mr. Hernadez?"
Allard berdecak pelan. "Baru kupuji, kau langsung mengecewakanku," protesnya, merujuk pada panggilan Carra untuk dirinya.
Tangan Carra teulur memegang lengan Allard ringan. "Masuklah. Nanti ada yang melihat."
Allard menahan dirinya untuk tidak berpindah tempat. "Selama kau tidak menggunakan bahasa formal. Ini bukan kantor, Carra," ucapnya tidak mau dibantah.
"Baiklah." Setelah menjawab, Carra langsung menarik Allard ke dalam apartemennya. Entah kenapa tidak terbersit sedikit pun ketakutan di diri Carra.
Kedua alis Allard terangkat. "Kau tidak takut aku akan melakukan sesuatu di dalam apartemenmu?"
Carra mengambil sepasang sandal rumah yang lain dan meletakkannya di depan Allard. "Tidak. Karena kau Allard Levi Hernadez. Kalau pria lain, aku tidak akan memberikan izin," sahutnya sembari menegakkan tubuh.
Allard mengikuti langkah Carra dan meletakkan satu kantong yang ia bawa di meja. Senyum bangga terukir di wajahnya. "Kalau begitu, apakah aku boleh mengambil kesimpulan bahwa aku adalah pria pertama yang masuk ke dalam apartemenmu?"
Carra menggeleng. "Albert pernah, tapi bersama Anna juga," jawabnya sambil mengintip kantung kertas yang Allard bawa.
Senyum Allard melebar. "Itu artinya, aku adalah pria pertama yang berduaan denganmu di apartemenmu," jawabnya sebelum mengedarkan pandangan ke penjuru apartemen Carra. Apartemen Carra tidak terlalu besar, sepertinya hanya ada satu kamar. Namun apartemen yang didominasi warna putih tersebut sangat bersih dan rapi. Allard menyukainya.
Carra menoleh, menatap Allard. "Bagaimana kau bisa tahu tempat tinggalku?"
Allard terkekeh. "Bukan hal yang sulit untukku. Aku bisa menyelidikinya, bertanya pada bagian HRD di VH Hotel, atau bertanya pada Veila serta kedua sekretarismu yang akan memberikan jawaban dengan senang hati."
Carra manggut-manggut. Ya, tentu ada banyak jalan untuk Allard menemukan informasi sepele seperti alamat di mana Carra tinggal. "Kalau begitu, kenapa kau kemari, Allard?" Ia melirik kantung kertas yang berada di mejanya sekilas. "Dan kenapa kau membawa bahan makanan?"
Dengan senyum tetap terpatri di wajah, Allard memutar kepalanya untuk menghadap Carra. "Aku ingin memastikan kau sudah menerima hadiah dariku." Kerutan tercipta di wajahnya. Dan untuk bertanya kenapa kau tidak membalas pesanku dari siang tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Workaholic (Republish)
RomansaREPUBLISH 1 #billionaire 1 #work 1 #fakelove 1 #barat 1 #end Carra Morris adalah wanita biasa yang menjabat sebagai manajer umum VH Hotel. Sedangkan Allard Levi Hernadez seorang CEO & owner Hernadez Group, anak keluarga Hernadez, sekaligus the mos...