Workaholic |33| |It Hurts Me|

12.7K 1.1K 46
                                    

Hai readers!

I'm back!

Don't forget to vote, comment, and share ya!

Happy reading!

Thank you!

***

Mata cokelat Carra kembali melirik sebuah buku hitam di tempat duduk di sebelahnya. Sedetik kemudian, saat otaknya kembali memutar isi buku harian ayahnya itu, Carra semakin menginjak pedal gasnya. Ketika langit sudah gelap ini, lagi dan lagi Carra menaikkan laju mobilnya. Belum ada niatan untuk berhenti.

Mobil balap yang dikendarai Carra semakin melaju kencang di arena balapan mobil tersebut, tidak peduli jalanan yang licin karena hujan deras yang sedang mengguyur.

Carra menggeleng ketika air matanya sudah berkumpul di pelupuk matanya. "Tidak, Carra! Kau tidak boleh menangis! Berhenti menangis!"

Tangan Carra mencengkram setirnya hingga buku jarinya memutih. "Kau sudah berjanji untuk tidak menangis lagi di hari kematian daddy, Carra! Daddy sudah bahagia di atas sana!"

Tanpa sadar, Carra semakin menaikkan laju mobilnya. Entah sudah berapa jam dirinya berputar-putar sendiri di arena balap ini. Sejak matahari berada di atas kepala hingga saat ini bintang mulai menghiasi langit malam.

Tiba-tiba, Carra merasa silau karena lampu dim, lalu disusul suara klakson mobil. Carra melirik spionnya dan mendapati sebuah mobil balap Aston Martin tepat berada di belakangnya.

Mata Carra sontak bertambah memanas. Ia mengenali mobil itu. Mobil balap milik Allard. Oh, bagaimana dirinya berhadapan dengan Allard setelah fakta-fakta pahit yang baru dirinya ketahui.

Carra semakin merasa tidak pantas. Dirinya semakin merasa jauh dari Allard. Seumur hidupnya, Carra sudah berusaha menambah nilai dirinya untuk bisa dipandang orang. Tetapi sepertinya itu tidak membuat Carra merasa lebih pantas, terlebih setelah semua yang baru dirinya ketahui. Carra tidak bisa menjadi orang tidak tahu malu.

Mobil Allard melaju ke sebelah mobil Carra. Lalu Allard membuka kacanya. "Carra! Hentikan! Sekarang sedang hujan!"

Tenggorokan Carra tercekat. Ia segera memantapkan dirinya sebelum menginjak pedal gasnya semakin dalam, meninggalkan Allard.

"Go away from me, Allard! You deserve better!" cicit Carra dengan suara tertahan. Mobil yang ia kendarai semakin menjauh dari Allard. Saat Allard menaikkan laju mobilnya, Carra menaikkan laju mobilnya lebih daripada yang Allard lakukan. Terus seperti itu hingga membuat Allard hampir putus asa. Sekencang apapun ia berusaha mengejar Carra, Carra menjauh lebih kencang.

Beberapa menit kemudian, ketika Carra hampir melewati di mana mobilnya dan Allard beriringan tadi, Carra otomatis menurunkan laju mobilnya.

Mata Carra melebar. Di depan sana, ada mobil Allard yang berhenti dengan sang pengemudi yang pingsan di dalamnya.

Kecemasan langsung memenuhi diri Carra. Apa Allard tidak bisa menggendalikan mobilnya lalu kecelakaan? Hanya karena mengejar seorang wanita seperti Carra Morris?

Carra segera menggeleng. "Tidak, Allard tidak boleh terluka karena diriku. Tidak boleh," gumamnya sambil menghentikan mobilnya di dekat mobil Allard.

Mata Carra semakin berkaca-kaca begitu Allard yang tidak sadarkan diri semakin terlihat jelas di matanya. Tanpa menunggu lagi, ia keluar sembari melepas helmnya. Kakinya langsung berlari menghampiri Allard tidak peduli hujan yang langsung menguyur dirinya.

Workaholic (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang