Hai readers!
I'm back!
Don't forget to vote, comment, and share ya!
Happy reading!
Thank you!
***
Beberapa saat kemudian, Allard dan Carra sudah berkeliling di sebuah toko perlengkapan ibu dan bayi. Sesekali beberapa orang melihat keduanya. Ada yang mengenali Allard. Selain itu, karena keduanya yang tampak seperti pasangan serasi yang sedang mencari kebutuhan untuk calon anak mereka.
Allard menoleh menatap Carra. Jarinya tertuju pada box bayi. "Bagaimana kalau aku beli itu? Pasti berguna."
Carra menggeleng pelan. "Mr. Wood dan Ms. Hernadez pasti sudah menyiapkannya, Al."
"Hmm." Allard mengedarkan pandangannya mengamati setiap item di toko tersebut. "Jangan menyebut calon iparmu dengan formal begitu."
Carra memilih tidak menanggapi, ia malah menghampiri sebuah mobil-mobilan yang bisa dinaiki karena calon keponakan Allard berjenis kelamin laki-laki. "Bagaimana kalau ini?"
Giliran Allard yang menggeleng. "Tidak. Ini baru bisa digunakan saat usianya sekitar tiga tahun. Lebih baik aku belikan saat dia sudah bisa menaikinya agar mendapat model yang lebih baru."
Carra menghela napas. Sambil mengedarkan tatapannya, ia menepuk dahinya. "Kepalaku mulai sakit," gumamnya.
Allard segera merapatkan diri pada Carra. Lantas ia meletakkan tangannya di dahi Carra, bersentuhan dengan tangan Carra. "Kau pusing?"
Jantung Carra berdetak kencang. Ia segera menurunkan tangannya dan mengambil satu langkah menjauh. "Tidak. Maksudku aku hanya mulai bingung."
"Sepertinya aku akan membelikannya emas saja. Di sini, kita cukup membelai beberapa pakaian dan mainan," ucap Allard sambil mulai mengusap puncak kepala Carra.
Lagi dan lagi, tatapan Allard dan Carra bertemu dalam jarak dekat. Tidak ada yang mau memutus, tidak ingin mengakhiri momen ini. Tangan Allard mengusap kepala Carra. Jantung keduanya berdegup kencang. Terlebih toko yang tidak begitu ramai seakan mendukung keduanya.
Namun beberapa menit kemudian, Carra terperanjat ketika merasakan sesuatu melilit kakinya. Ia dan Allard tersadar. Suara-suara mulai tertangkap indra pendengaran mereka, termasuk suara tangisan di depan mereka.
Mata Carra membesar mendapati seorang anak kecil tengah memeluk kaki jenjangnya sambil menangis. Tanpa menunggu lagi, Carra segera berlutut dengan satu kaki, menjajarkan diri dengan bocah laki-laki yang sepertinya masih berusia sekitar tiga tahun. "Hai, Boy. Are you okay?"
Mendengar suara lembut Carra, senyum lembut terukir di wajah Allard. Saat ini, aura keibuan Carra seakan terpancar keluar, membius Allard dan membuat Allard semakin jatuh cinta. Sepertinya dirinya dan Carra berjodoh dengan anak laki-laki. Dan anak laki-laki itu mempererat Carra dan Allard. Seperti saat ini, sekaligus saat seorang anak kecil menabrak Carra di restoran dua minggu lalu.
Sambil terisak, anak kecil yang belum diketahui namanya itu menggeleng. "Dave ingin melihat mainan. Tapi Dave tersesat."
Allard ikut berlutut dengan satu kaki di sebelah Carra. "Namamu Dave?" tanyanya lembut yang diangguki oleh bocah tersebut.
Carra memegang kedua tangan Dave. "Kau ke sini bersama siapa?"
"Daddy and mommy," cicit Dave.
KAMU SEDANG MEMBACA
Workaholic (Republish)
RomanceREPUBLISH 1 #billionaire 1 #work 1 #fakelove 1 #barat 1 #end Carra Morris adalah wanita biasa yang menjabat sebagai manajer umum VH Hotel. Sedangkan Allard Levi Hernadez seorang CEO & owner Hernadez Group, anak keluarga Hernadez, sekaligus the mos...