Workaholic |1| |Carra Morris|

39.2K 2K 40
                                    

Hai readers!

Ada yang kaget nggak karena tiba-tiba cerita Allard-Carra nggak ada?

Itu artinya, kalian harus terus mengikuti kisah Allard-Carra

Karena Workaholic akan author re-publish dan pastinya semakin kece!

Oh yaa, sebelum membaca sempatkan kepoin TRAILER WORKAHOLIC di instagram @m.lavenaa yaaa

Don't forget to vote, comment, and share ya!

Happy reading!

Thank you!

***

Kaki yang dibalut sandal murah itu melangkah ke restoran mahal dengan percaya diri. Pakaian sederhananya yang berupa jaket bomber berwarna pudar cukup mengundang perhatian. Mata cokelat di balik kacamata yang memiliki frame berukuran besar tersebut melayangkan tatapan tajam pada pelayan yang mendekat.

Wanita dengan surai yang dijepit asal-asalan itu adalah Carra Morris, manajer umum VH Hotel. Namun sekarang, ia sedang menyamar untuk urusan pekerjaan.

"Berapa orang, Miss?"

Satu sudut bibir Carra sedikit terangkat. Ia bisa merasakan pelayan wanita di dekatnya itu sedang meremehkan dirinya, meremehkan orang yang tampak tidak pantas di tempat mewah seperti ini. Bahkan pelayan tersebut tidak menyapa terlebih dahulu maupun tersenyum sopan.

"Selamat malam. Saya datang sendiri." Carra merogoh kantong jaketnya sekaligus menyindir dengan menyapa terlebih dahulu. Lalu ia menyodorkan selembar voucher makan yang sebenarnya diberikan oleh pemilik restoran ini sendiri. "Saya ingin menukar ini."

Ekspresi pelayan itu sedikit berubah sebelum mengarahkan Carra ke meja di pojok. Ia tampak semakin meremehkan Carra.

Minus. Carra bergumam dalam hati, memberikan penilaian kepada pelayanan restoran bintang lima ini.

Carra mendengkus pelan sebelum duduk. Bahkan meja yang diberikan adalah posisi paling buruk di antara yang lain padahal masih banyak meja kosong.

Dengan sekali sentakan, Carra mengambil buku menu dari tangan pelayan. "Lama," gumamnya tajam sebelum memilih menu.

Satu per satu nama makanan meluncur dari mulut Carra. Jumlahnya banyak, mungkin cukup untuk makan lima orang dan jumlahnya jauh melebihi nilai di voucher yang ingin ia tukarkan.

"Saya ulangi pesanan Anda," ucap sang pelayan penuh penekanan, menunjukkan ketidakyakinan bahwa Carra memesan beberapa hidangan dengan harga tinggi. Sepertinya ia takut Carra tidak bisa membayar.

Sambil melemparkan tatapan tajam, Carra mengangguk tegas setelah sang pelayan selesai mengulang pesanannya.

Sebelah alis Carra terangkat karena pelayan itu tidak segera undur diri. "Anda mau mengulang lagi?" sarkasnya yang membuat sang pelayan segera pergi dengan tidak rela.

Carra melunak. Matanya berganti memancarkan tatapan nanar dan sendu. Ingatannya melayang pada hari-hari ia belum sukses seperti sekarang, lebih tepatnya saat ia masih menjadi siswa SMA.

Carra bukan berasal dari orang kaya. Ayahnya, Diego Morris, hanya pembalap mobil yang tidak terkenal serta sering sakit-sakitan. Sedangkan ibunya, Carra sama sekali tidak tahu menahu. Ayahnya sedih saat Carra menyebut ibunya. Jadi Carra tidak pernah bertanya untuk kedua kalinya.

Workaholic (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang