Hai readers!
I'm back!
Don't forget to vote, comment, and share ya!
Happy reading!
Thank you!
***
Carra langsung membuka matanya kembali begitu merasakan kepalanya yang miring berhasil menyentuh sebuah bahu yang lebar. Bahu Allard. Entah untuk ke berapa kalinya, ia hampir tertidur meskipun ada Allard di apartemennya. Bukannya merasa tercekam, Carra merasa nyaman di rumahnya seperti biasa.
Agar kembali fokus, tangan Carra mencengkram dokumen pekerjaannya sembari ia berniat menegakkan tubuh. Namun, terlambat karena sebuah tangan menahan kepalanya. Langsung saja Carra mengernyit seraya berusaha menyingkirkan tangan tersebut. "Al," lirihnya.
"Tidurlah." Allard berucap, bahkan berbisik sangat lembut. Tangan besarnya menahan kepala Carra menyandar bahunya kemudian bergerak mengusap kepala Carra dengan lembut.
Carra bergumam pelan. Ia tetap berusaha membuka matanya yang sudah terasa sangat teramat berat. Ia ingin menegakkan kepalanya tetapi terasa sangat sulit, terlebih dengan usapan yang berasal dari tangan Allard.
Senyum lembut terukir di wajah Allard. Ia semakin merapatkan diri pada Carra yang mulai memejamkan mata. "Aku tidak akan melakukan apapun kalau itu yang kau takutkan." Jeda sejenak, ia mendekatkan bibirnya ke telinga Carra. "Kau akan selalu aman bersamaku, Carra Morris," lanjutnya dengan suara semakin lembut.
Carra yang sudah tidak bisa menangkap apapun maksud Allard, semakin terlelap akibat mendengar suara lembut Allard.
Mendapati napas Carra yang mulai teratur yang menandakan wanita itu sudah tertidur, Allard melebarkan senyuman lembutnya. Tiada lelah ia mengusap kepala Carra. Beberapa menit kemudian, Allard malah melingkarkan satu tangannya di sekeliling tubuh Carra sehingga Carra terlelap dalam pelukannya dengan bersandar di dadanya. Dokumen yang berada di genggaman Carra pun sudah disingkirkan oleh Allard. Sambil memegang dokumen dengan tangan yang lain, Allard menyandarkan tubuh di sofa. Sesekali ia menempelkan kepalanya dengan puncak kepala Carra.
Hingga waktu hampir menyentuh tengah malam, Allard baru rela untuk beralih dari posisinya. Sebenarnya pekerjaannya sudah selesai sejak satu setengah jam lalu, tetapi ia masih ingin berdekatan dengan Carra.
Allard menghela napas pelan. Tatapannya tertuju pada Carra yang tetap cantik saat tertidur dan wajah tanpa riasan sedikitpun. "Aku senang kau mudah tertidur di sekitarku, Carra. Bahkan saat hanya ada kita di apartemenmu." Senyum Allard melebar lagi, tatapannya melembut. Karena itu artinya kau merasa nyaman dengan keberadaanku.
Perlahan tapi pasti, dengan sangat hati-hati dan penuh kelembutan, Allard menggendong Carra ala pengantin baru. Bahkan sebelum melangkah, ia memastikan Carra berada di gendongannya dalam posisi yang nyaman.
Allard melangkah tanpa suara, menuju sebuah pintu yang ia tebak sebagai kamar Carra. Hanya ada dua pintu lain di apartemen Carra, kamar mandi dan pintu lain yang semakin dekat dengan posisi Allard sekarang.
Menggunakan kakinya, Allard membuka kamar Carra. Hanya dengan merasakan aroma Carra yang semakin pekat di dalam kamar, Allard semakin merasa senang.
Dengan lembut, Allard membaringkan tubuh Carra di ranjang queen size. Ia mengusap puncak kepala dan sisi wajah Carra lagi supaya Carra tidak terusik. Setelah itu, Allard melepaskan sandal rumah Carra dengan telaten.
KAMU SEDANG MEMBACA
Workaholic (Republish)
RomantikREPUBLISH 1 #billionaire 1 #work 1 #fakelove 1 #barat 1 #end Carra Morris adalah wanita biasa yang menjabat sebagai manajer umum VH Hotel. Sedangkan Allard Levi Hernadez seorang CEO & owner Hernadez Group, anak keluarga Hernadez, sekaligus the mos...