Workaholic |5| |Goodbye|

19.9K 1.7K 51
                                    

Hai readers!

I'm back!

Don't forget to vote, comment, and share ya!

Happy reading!

Thank you!

***

Carra reflek berhenti mengunyah.

Melihat respon Carra, Allard menjadi merasa tidak enak. "Maaf. Aku tidak bermaksud. Aku hanya merasa kau-berbeda dari wanita lain."

Masih seraya memotong steaknya, Carra tersenyum kecut. Ia menguasai dirinya dengan cepat. "Itu alasan dia memutuskan saya, Sir."

Carra memutar kepalanya, menatap Allard yang juga balas memandangnya. "Saya berbeda. Saya workaholic, cuek, sangat selektif, dan–"

"Dan?" Kedua alis Allard terangkat saat Carra mengalihkan tatapannya.

"Tidak mau berhubungan intim saat berpacaran," sahut Carra cepat dan pelan sebelum membungkam mulutnya menggunakan makanannya.

Mata Allard melebar. Ia menatap Carra takjub tanpa berkedip.

Carra menelan makanannya sembari mengangguk paham. Ia sudah biasa dengan ekspresi terkejut orang lain jika mengetahui prinsipnya tersebut, bahkan sahabatnya memberikan respon yang sama begitu tahu prinsip Carra untuk pertama kalinya. "Saya tahu saya aneh, Sir."

Allard mengernyit. "Tidak ada yang bilang kau aneh, Carra." Tidak, pandangan Allard berbeda, responnya berbeda dari orang lain. Ia bukan melayangkan tatapan seakan Carra adalah orang aneh.

"Ya. Tapi kalau saya tidak berubah, saya akan sulit menemukan pasangan." Carra menatap Allard pasrah. "Saya sudah berusia 30 tahun, mungkin saya akan menikah 39 tahun."

"Hei," sahut Allard lembut.

Carra menggedikkan bahunya cuek.

Allard menegak minumannya. "Aku tahu kau pasti punya alasan." Ia kembali memusatkan atensinya kepada Carra. "Dan kalau kau menyebut dirimu aneh, maka aku juga."

Carra menoleh secepat kilat, memandang Allard dengan tidak percaya sekaligus bingung. Apa maksud Allard? Apakah Allard juga-tidak mungkin. Seorang pria billionaire seperti Allard Levi Hernadez yang bisa mendapatkan wanita manapun, siapapun semau dirinya.

Mata biru Allard menatap dalam mata Carra. "Dari empat sifat yang kau sebutkan, salah tiganya sama denganku."

Alis Carra terangkat lalu mengangguk ragu. "Saya mengerti. Tentu saja yang terakhir yang tidak sama."

Allard berdecak. "Sembarangan," protesnya. Tetapi dalam hati, ia sama sekali tidak tersinggung.

Jari tengah dan telunjuk Allard terangkat. "Yang kedua."

Mata Carra membulat. "Really?!" pekiknya tanpa bisa ia cegah. Seorang Allard Hernadez? Sungguh? Bukan orang biasa, tapi pria bujangan yang menjadi incaran seluruh wanita di seantero negeri, ternyata memiliki prinsip yang sama dengan seorang Carra Morris yang sering dianggap aneh?

Melihat respon Carra, seketika senyum Allard terukir. "Prinsipmu mengingatkanku pada mommy-ku, Carra. No sex before married, itu prinsip mommy-ku. Beliau juga berusaha bekerja sendiri meskipun memiliki kekasih kaya raya seperti daddy-ku. For your information, posisimu di VH Hotel adalah posisi mommy-ku dulu. Tapi mommy di VH Hotel Los Angeles. Mommy tidak tahu kalau VH Hotel didirikan daddy untuknya."

Workaholic (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang