Hai readers!
I'm back!
Don't forget to vote, comment, and share ya!
Happy reading!
Thank you!
***
Hening selama beberapa saat sebelum Allard memilih menarik napas dan mendudukkan dirinya tepat di sebelah Carra. Ia hanya menyisakan jarak sekitar lima sentimeter. "Jadi apa yang ingin kau tanyakan?"
Carra terdiam sejenak sebelum menggeleng. "Tidak ada, Sir." Lalu ia menunjuk beberapa map dokumen di sebelah Macbook-nya. "Bagaimana kalau Anda memeriksa pekerjaan ini saja? Biasanya saya menyerahkannya kepada Ms. Hernadez untuk diperiksa sebelum ditandatangani oleh beliau."
Selama sedetik, Allard tersenyum bangga. Ia sudah menebak bahwa Carra tidak akan memiliki pertanyaan. Sudah terlihat jelas bahwa Carra adalah wanita karier yang mandiri, cakap, dan penuh tanggung jawab.
Allard menoleh, membiarkan mata birunya menikmati pemandangan Carra yang sedang bekerja. "Kau sudah menjadi CEO, Carra. Jadi seharusnya kau bisa mengambil keputusan sendiri."
Satu detik kemudian, saat Carra menoleh dan hendak menyahut, Allard melanjutkan kata-katanya, "tapi karena ada diriku, kau bisa mengandalkanku." Ia mengakhiri ucapannya dengan melebarkan senyum.
Carra terpaku. Matanya yang membalas tatapan Allard sedikit melebar. Mengandalkan seseorang? Itu belum pernah Carra lakukan seumur hidupnya. Dirinya selalu mandiri. Bahkan sejak kecil, Carra sudah terbiasa menghadapi masalah sendiri. Ia tidak ingin menambah beban ayahnya. Terlebih, mengandalkan Allard terdengar sebagai ide yang tidak terlalu bagus bagi Carra. Ia tidak mau terbiasa dengan keberadaan Allard, apalagi terlewat nyaman. Jangan.
Allard cukup terkejut saat mendapati raut wajah Carra berubah. "Carra?" panggilnya lembut.
Carra terkesiap. Tanpa ia sadari, wajahnya baru saja berubah sendu. Dengan cepat, Carra mengalihkan pandangannya dan menggerjap beberapa kali. "Maaf kalau saya merepotkan Anda, Sir. Saya yakin pekerjaan Anda lebih banyak dari saya."
"Tidak. Jangan merasa merepotkanku. VH Hotel sangat penting bagi keluargaku, jadi jangan merasa bersalah," jawab Allard cepat.
Tangan Allard merambat menggenggam tangan Carra yang sontaj menarik perhatian wanita itu, namun ia hanya melakukannya sejenak agar Carra tidak risih. Ia mengulas senyuman seraya melemparkan tatapan lembut. "Cukup izinkan aku makan dulu."
Seketima Carra tidak bisa menahan kekehan kecilnya. Bahkan ia tidak risih sama sekali dengan tangan Allard yang masih merangkum tangannya meskipun tidak menggenggam. "Silakan, Sir," jawabnya sambil menggulum senyum.
Setelah itu, Carra berniat kembali melanjutkan pekerjaannya. Namun, Allard lebih dulu mengambil MacBook silver milik Carra.
"Aku tidak sanggup menghabiskan dua porsi makanan," ucap Allard sembari meletakkan MacBook Carra di single sofa yang berdekatan dengannya namun jauh dari Carra.
Allard beralih mengambil dua kotak makanan dari paper bag yang ia bawa. "Aku tahu bagaimana sifat orang workaholic." Ia menyodorkan satu di antaranya kepada Carra. "Salah satunya adalah lupa segalanya saat sedang bekerja, termasuk lupa makan."
Karena Carra belum menerima kotak makanan yang ia sodorkan, Allard meletakkannya tepat di tangan Carra. "Jadi, selamat makan, Carra," ucapnya lembut tetapi penuh penekanan. Terdengar jelas ia mengharuskan Carra makan terlebih dahulu sebelum lanjut bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Workaholic (Republish)
RomanceREPUBLISH 1 #billionaire 1 #work 1 #fakelove 1 #barat 1 #end Carra Morris adalah wanita biasa yang menjabat sebagai manajer umum VH Hotel. Sedangkan Allard Levi Hernadez seorang CEO & owner Hernadez Group, anak keluarga Hernadez, sekaligus the mos...