Workaholic |31| |Not Him, But My Self|

13.1K 1.1K 51
                                    

Hai readers!

I'm back!

Don't forget to vote, comment, and share ya!

Happy reading!

Thank you!

***

Hari sudah pagi ketika Chris Wood lahir ke dunia. Namun, meskipun saat ini sudah menjelang sore hari, keluarga Veila ditambah Carra masih belum beranjak dari ruangan inap Veila.

Carra sangat suka dengan anak kecil. Bahkan saat ini, ia masih tahan menggendong Chris setelah hampir setengah jam berlalu. Beberapa kali ia spontan tersenyum lembut ketika Chris menggeliat, tersenyum, atau melakukan pergerakan kecil lainnya.

Setelah selesai menghubungi beberapa orang bahwa ia dan Carra tidak akan ke kantor hari ini, Allard menghampiri Carra. Ia segera menyusupkan satu tangannya di pinggang Carra seraya mencondongkan tubuhnya ke arah Chris. "Kau sangat menyukai anak kecil?"

Carra mengangguk tanpa ragu. "Mereka menggemaskan," ucapnya masih sambil menatap Chris dan tersenyum.

Allard menoleh ke Carra ketika jarak mereka sangat dekat. Tapi tidak ada yang berniat menjauh. "Aku sudah memberi kabar ke sekretarismu dan sekretarisku."

Carra menoleh dengan senyuman manis di wajahnya. "Thank you, Sir."

"Wait." Mata Veila membulat tidak percaya lalu ia menegakkan tubuhnya dari bersandar pada dada sang suami.
Mata birunya tertuju pada Carra. "Kau memanggil Allard apa?"

Lantas Veila menatap Carra dan Allard secara bergantian. "Carra masih memanggil Allard dengan seformal itu? Yang benar saja, Al."

Allard mulai mencium pipi Chris. "Dia tidak mendengarkanku tentang hal itu, Vei."

Carra sedikit menjauhkan Chris ketika bayi itu menggeliat karena ciuman Allard. "Anda akan membangunkannya, Sir. Jangan menganggunya."

Allard menatap Carra sekilas. "Aku mau bermain dengannya, Carra."

Masih sambil berusaha menjauhkan Chris dari jangkauan Allard, Carra berdecak. "Mr. Hernadez," ucapnya penuh peringatan.

Cedric yang bersandar santai sembari memeluk Veila itu menggeleng pelan. "Aku bertanya-tanya, Chris adalah anakku dan Veila atau anak kalian, Mr and Mrs. Allard Hernadez?"

Meskipun berusaha terlihat tenang, wajah Carra langsung memerah.

Alex tersenyum miring. "Allard harus melamar Carra dulu."

Veina menggeleng pelan. "Tapi dari cara Carra memanggil Allard, sepertinya mereka belum resmi menjadi pasangan yang sesungguhnya, Lex."

Veila meringgis. "Sepertinya mommy benar."

Setelah itu, Veina dan Veila saling bertatapan seakan memberi kode satu sama lain bahwa mereka harus melakukan sesuatu. Bertepatan dengan itu, suara tangis Chris menggema.

"Allard! Kau membangunkannya!" Carra berseru kesal sambil mendorong Allard menjauh, bahkan tanpa sadar ia menggunakan bahasa non formal karena rasa kesal.

Allard menegakkan tubuh dengan pasrah. Ia menyengir ketika Carra menatapnya tajam.

Veila tersenyum melihat kakaknya. "Mungkin dia haus, Carra. Kemarilah."

Carra melewati Allard sembari melemparkan tatapan tajam kepada Allard. Baru setelah melewati Allard, ia menatap Chris lembut sambil menimangnya.

Perlahan, Carra memberikan Chris kepada Veila. "Maaf, Vei. Mungkin aku terlalu lama menggendongnya."

Workaholic (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang