Hai readers!
I'm back!
Don't forget to vote, comment, and share ya!
Happy reading!
Thank you!
***
Carra mengernyit begitu Allard memarkirkan mobilnya di sebuah restoran yang tidak terlalu mewah, namun tampak kekinian. Albert sudah kembali setelah memotret Allard dan Carra. Carra pikir ia akan bisa secepat mungkin membebaskan diri dari Allard. Namun, sepertinya dugaannya salah.
Terdengar suara sabuk pengaman dibuka, sehingga Carra menoleh ke sumber suara. Allard. "Kenapa kita di sini, Sir?" Sedetik kemudian, Carra merutuki diri dalam hati. Ini restoran, tempat makan, tentu saja untuk makan!
Bukannya menjawab, Allard hanya melempar senyuman tipis sebelum keluar dari mobil. Sambil mengikuti pergerakan Allard yang mengitari mobilnya, Carra membuka sabuk pengamannya. Tidak mungkin dirinya membiarkan Allard membukakan pintu untuknya lagi, kan?
Namun sebelum Carra membuka pintunya, pintu mobil mewah Allard tersebut sudah dibuka oleh pemiliknya. Carra menengadah, menatap Allard yang mengulurkan tangan sembari tersenyum.
Karena tidak mendapati tanda-tanda Carra akan menyambut uluran tangannya, Allard segera menarik tangan wanita itu dan menariknya keluar dengan lembut. "Kita di sini untuk mengisi perut kita dan melanjutkan kencan kita."
Sontak Carra menegang. Netranya menatap Allard tidak percaya. Melanjutkan kencan? Tentu saja, Carra mengerti dan memang menanamkan pada dirinya sendiri bahwa ini hanya kencan palsu. Tapi semua yang ia lakukan bersama Allard terasa seperti kencan yang sesungguhnya. Pasangan yang kencan di akhir pekan. Sempurna.
Allard memindahkan tangannya memeluk pinggang Carra. "Kenapa? Malu makan bersamaku?"
Carra tertawa kecil. "Bagaimana mungkin, Sir--"
"Allard. Ketidakadaan bahasa formal masih berlaku," sela Allard dengan penuh kesabaran.
"Bagaimana mungkin ada wanita yang malu makan bersamamu?" Carra mengalihkan tatapannya ke restoran di hadapannya yang cukup ramai. "Lebih masuk akal kalau kau malu makan bersamaku."
Allard menarik Carra semakin mendekat, sehingga bagian samping tubuh Carra menempel dengan sebagian tubuh Allard. Perbuatan Allard itu membuat keduanya bertatapan dalam jarak sangat dekat.
"Tidak. Itu tidak masuk akal," ucap Allard tegas, tanpa senyum di wajahnya sehingga benar-benar terlihat tidak mau dibantah.
Tanpa menunggu sahutan Carra, Allard mengiring Carra ke dalam restoran. Seorang pelayan langsung mengarahkan keduanya ke tempat duduk di pojok, di sebelah jendela.
Allard menerima buku menu lantas menatap Carra. "Kau mau makan apa?"
Carra hanya menatap buku menu di tangannya itu sekilas. "Menu yang paling laris di restoran ini. Untuk minumannya chocolate milkshake. Terima kasih," ucapnya sambil menyodorkan buku menu kepada pelayan.
Allard juga mengembalikan buku menu di tangannya. "Saya pesan makanan yang sama. Untuk minumannya orange juice."
Setelah pelayan undur diri, Allard melipat telapak tangannya seraya menatap Carra lekat-lekat. "Jangan memandang rendah dirimu, Carra."
Carra memberanikan diri membalas tatapan Allard. Ia meringis kecil. "Maaf, Sir. Itu adalah salah satu kelemahan saya. Saya merupakan orang yang cukup percaya diri, namun sangat mudah merasa rendah diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Workaholic (Republish)
RomansaREPUBLISH 1 #billionaire 1 #work 1 #fakelove 1 #barat 1 #end Carra Morris adalah wanita biasa yang menjabat sebagai manajer umum VH Hotel. Sedangkan Allard Levi Hernadez seorang CEO & owner Hernadez Group, anak keluarga Hernadez, sekaligus the mos...