Workaholic |18| |Racing|

14.8K 1.2K 160
                                    

Hai readers!

I'm back!

Don't forget to vote, comment, and share ya!

Happy reading!

Thank you!

***

Saat langit baru saja berubah gelap, mata Carra membelalak ketika mobil Allard memasuki arena balap mobil yang ia kenali. Ia menoleh secepat kilat. "Apa yang kita lakukan di sini, Al?"

Allard terlihat santai. "Balapan."

Carra mengernyit. "Siapa?"

Senyum terukir di wajah Allard. "Kau dan aku."

"What?!"

Mobil Allard berhenti melaju. Lalu Allard menoleh, membalas tatapan Carra. "Selama ini aku hanya balapan mobil di mesin game, Carra. Tidak perlu takut kalah."

"Bukan itu." Dahi Carra berkerut. Ia terdiam sejenak. Tatapannya memancarkan permohonan. "Kita tidak seharusnya melakukan sesuatu yang merupakan kesukaanku, Al," lanjutnya mengungkapkan suara hati tanpa bisa dirinya cegah.

Benar. Jangan terlalu baik kepadaku, Al.

Allard melebarkan senyuman lembutnya. "Kalau begitu, di lain waktu kita bisa melakukan hal yang aku sukai." Allard membuka pintu dan sabuk pengamannya. "Ayo turun. Asistenku sudah menyiapkan mobil balap untuk kita," ucapnya sebelum turun dari mobil lebih dulu.

"Allard!" Protesan Carra teredam. Tak lama kemudian, pintu mobil di sisinya terbuka. Namun, saat ia hendak bertanya dan melayangkan protes lebih, Allard sudah berjalan menjauh.

Wanita itu memutuskan segera keluar dari mobil dan mengikuti langkah Allard. Matanya kembali melebar begitu mendapati dua mobil balap yang ia yakin masih baru dan merupakan milik Allard. Mobil balap Ferrari dan Aston Martin. Sama sekali bukan sesuatu yang mudah di dapatkan apalagi murah.

Untuk apa Allard membeli dua mobil balap yang masih baru hanya karena Carra suka balapan mobil?!

Allard menghampiri Carra dengan membawa pakaian, lengkap dengan berbagai perlengkapan pembalap. "Seperti di fast and furious. Orang yang menang boleh membawa mobil orang yang kalah selain mobil yang dikendarainya."

"Satu lagi." Allard mengangkat kunci mobil ratusan milliarnya dan sedikit menggerakkannya. "Mobil ini juga," ucapnya santai, tidak ada nada sombong atau sok sama sekali.

Wajah Carra memerah karena amarah. Ia tidak menyangka Allard berpikir dirinya adalah wanita yang mau menerima barang mewah dari sembarang pria. Bahkan Carra tidak akan mau menerima barang mewah seperti ini dari siapapun. Tanpa berbicara apa pun, Carra memalingkan wajahnya dan melangkah menjauh dengan langkah lebar.

Allard menggulum senyum. Ia sengaja ingin melihat reaksi Carra. Dan seperti yang ia bayangkan, reaksi Carra sama sekali tidak membuatnya kecewa. Bukan, bukannya ia menguji Carra. Allard hanya ingin mengenal Carra lebih jauh.

Allard meletakkan semua barang yang berada di tangannya di sembarang tempat. Kemudian ia langsung berjalan cepat untuk menyusul langkah Carra.

Tanpa berpikir dua kali, Allard memeluk tubuh Carra dari belakang untuk menahan langkah wanita itu. Satu tangannya melingkari pinggang Carra, sementara tangan yang lain merangkul bahu Carra.

"Lepaskan saya, Mr. Hernadez." Carra memberontak sekuat tenaga, namun sama sekali tidak berpengaruh. Tangannya mengepal. Ia menggigit bibir, berusaha menahan diri supaya tidak menangis.

Workaholic (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang