Hai readers!
I'm back!
Don't forget to vote, comment, and share ya!
Happy reading!
Thank you!
***
"Tolong belikan bubur dan obat penurun demam."
"Terima kasih, Rob."
Carra menurunkan ponselnya dari telinga.
Anna menatap Carra lekat. "Siapa Rob?" tanyanya dengan nada menyelidik.
Satu alis Albert terangkat. "Untuk siapa bubur dan obat itu?"
Carra meletakkan ponselnya sembari mengarahkan tatapannya ke kakak-adik di hadapannya. "Allard demam dan flu karena hujan-hujan denganku kemarin. Jadi aku meminta Rob, asistennya, untuk membeli bubur dan obat."
Dahi Anna berkerut. "Hujan-hujan?" tanyanya tidak percaya. Sejak kapan wanita seperti Carra hujan-hujan layaknya anak kecil?
Carra menegakkan tubuhnya. "Setelah membaca buku harian daddy, aku melampiskan rasa frustasiku dengan mengendarai mobil di arena balap hingga berjam-jam. Sampai Allard datang dan menghentikanku sampai kami kehujanan."
Anna mengangkat sebelah alisnya. Ia tersenyum miring sembari menatap Carra penuh arti. "Sepertinya perasaan cemasku sia-sia. Kau baik-baik saja berkat Allard, Carra."
Carra mengangguk. "Well, tidak bisa dipungkiri," jawabnya seraya melirik ponselnya.
Albert bersedekap. "Kenapa kau terus melihat ponselmu, Carra?" Ia menaik turunkan alisnya. "Menunggu telepon dari seseorang?"
"Aku harus memastikan Allard sampai di kantor," jawab Carra santai karena dua orang di hadapannya sudah seperti saudaranya sendiri. Tidak ada yang perlu ia sembunyikan.
Albert bersedekap seraya tersenyum lembut. "Well, aku harus mulai merelakan adikku yang dewasa ini untuk bersama pria lain."
Anna mencondongkan tubuhnya karena ada meja di antaranya dan Carra. "Kau menunggu apa, Carra? Segera berikan kepastian kepada billionaire yang paling diincar itu!"
Carra tersenyum manis. Ia menatap dua orang di hadapannya secara bergantian. "Kalian ingin segera memiliki sahabat yang berhubungan dengan keluarga Hernadez, ya?" tanyanya dengan nada bercanda yang ketara.
Sebelum Anna dan Albert menanggapi, mata Carra tertuju pada ponselnya secepat kilat ketika benda pintar itu bergetar.
Mr. Allard Hernadez.
Melihat nama tersebut di layar ponsel Carra, Albert beranjak berdiri. "Baiklah. Kami pergi dulu. Aku tidak ingin mendengar pembicaraan kalian."
Anna ikut berdiri. Ia melirik ponsel di tangan Carra dengan menggoda. "Nama kontak itu akan segera berubah menjadi My Love, My Boyfried, My Mr. Hernadez, My--"
"Sudah-sudah! Keluar sana! Muah!" seru Carra sambil menggulum senyum.
***
"Kau sudah sampai?"
Allard tersenyum mendengar kalimat pertama yang dilontarkan oleh Carra di sebrang sana. Pria yang sedang berada di lift khusus direksi itu memasukkan satu tangannya di saku celana. "Itulah kalimat pertama yang kau ucapkan kepada pemilik Hernadez Grup?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Workaholic (Republish)
RomanceREPUBLISH 1 #billionaire 1 #work 1 #fakelove 1 #barat 1 #end Carra Morris adalah wanita biasa yang menjabat sebagai manajer umum VH Hotel. Sedangkan Allard Levi Hernadez seorang CEO & owner Hernadez Group, anak keluarga Hernadez, sekaligus the mos...