" Baikan (4) "

12K 1.2K 99
                                    

                                          " Baikan (4) "












Jeno, pulang setelah jam menunjukkan pukul 22:30 yang artinya dia harusnya mendapat hukuman karena melanggar perjanjian antara dirinya dan Haechan.

"Kenapa lampu masih nyala semua" batin Jeno sambil melepas sepatunya dan menaruhnya di rak sepatu. "Haechan, belum tidurkah, atau dia lupa mematikan lampu" gumam Jeno menaiki tangga menuju lantai atas.

Baru berjalan sampai di pertengahan tangga, langkahnya terhenti saat dirinya merasa ada yang janggal.

Jeno, memutar tubuhnya dan kembali berjalan menuruni tangga.

"Astaga!" terkejutnya saat melihat Haechan tertidur di meja makan dengan posisi duduk dan kepala di letakkan pada lipatan tangannya.

Jeno, segera berjalan mendekat dan melihat banyak menu makanan di atas meja yang ia yakini Haechan lah yang memasak.

"Chan~aaa" panggil Jeno lembut.

"gghhh"

Haechan, hanya mengerang dan mengubah posisi kepalanya tanpa ingin membuka mata dan itu membuat Jeno tersenyum gemas.

"Haechan~aaa, kalau tidur di kamar nanti lehermu sakit" ucap Jeno masih berusaha membangunkan Haechan.

Tak ada respon dari Haechan yang terlihat begitu kelelahan, entah apa yang dia lakukan seharian ini.

Dengan helaan nafas, Jeno mulai bangkit dan meraih tubuh Haechan untuk di gendongnya.

"Astaga, kecil-kecil berat juga ini anak" gumam Jeno menggendong Haechan menuju kamar mereka.

Jeno, meletakkan Haechan di atas ranjang dengan sangat pelan seolah Haechan patung antik yang mudah retak.

"Tidur yang nyenyak bear" cup.

Satu kecupan pada dahi Haechan sebelum Jeno beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

- - -ooOoo- - -

00:30pm.

Haechan, terbangun dan sedikit kebingungan karena dirinya ada di kamar sedangkan ia tak menemukan Jeno di sampingnya.

"Bukannya aku tadi ketiduran di ruang makan?" batin Haechan sambil mengingat-ingat kejadian terakhir sebelum ia tertidur.

"Lalu gimana caranya aku bisa di sini? kalau misal Jeno yang pindahin, truss Jenonya mana?" gumam Haechan ngomong sendiri.

Haechan, bangkit dari ranjang dan mulai berjalan menuju kamar mandi untuk mengecek apakan Jeno ada di sana tau enggak.

"Sungging ini tadi aku gimana caranya ke kamar?" gumam Haechan lagi saat tak menemukan Jeno di kamar mandi.

Tak mau semakin gila, Haechan memutuskan keluar kamar dan pergi ke dapur karena perutnya terasa lapar.

"Dahlah, mending aku makan dulu"

Tap...

Tap...

Tap...

Haechan, berjalan menuju dapur dengan mata yang terus menatap sekitar di mana beberapa lampu di apartementnya sudah mati.

"Kenapa jadi serem gini sih" gumam Haechan sambil mengusap lengannya yang tiba-tiba terasa dingin.

Prang!!

Langkah Haechan terhenti di ujung tangga saat mendengar suara benda jatuh dari arah dapur.

"S-siapa?!" teriak Haechan ketakutan.

Di pikiran Haechan mending dia bertemu hantu daripada maling, dan dengan kaki yang bergetar Haechan mencoba melangkah kearah dapur guna melihat benda apa yang terjatuh.

Awww~

Mata Haechan membulat saat melihat Jeno duduk di lantai dengan tangan memerah dan makanan berserakan karena piring yang terbelah menjadi beberapa bagian.

"Jeno!"

Haechan, langsung berlari mendekat dan meraih tangan Jeno "aiihhh... ceroboh sekali kau ini" gumam Haechan sambil menarik Jeno menuju wastafel untuk membasuh tangan Jeno.

"Tunggu di sini" ucap Haechan menyuruh Jeno duduk, sedangkan dirinya pergi ke kamar untuk mengambil kotak obat.

Tak selang berapa lama Haechan kembali dan menarik kursi di sebelah Jeno "sini tangannya" ucap Haechan.

Jeno, mengulurkan tangannya yang terluka ke arah Haechan yang sudah membuka salep untuk luka bakar.

"Kalau lapar kenapa gak membangunkan aku? jadi terluka kan tangan kamu, besok juga harus seolah gimana caramu menulis kalau tangan terluka seperti ini?" omel Haechan seperti seorang ibu yang sedang menasihati anaknya.

"Maaf, aku gak tega membangunkanmu" ucap Jeno.

"Dan aku lebih tak tega lagi lihat suami tampanku terluka" ucap Haechan sambil menutup kotak obat itu dan beranjak untuk menyimpan kembali kotak itu.

Jeno, yang masih ngebug dengan ucapan Haechan hanya bisa terdiam dengan kedua pipi yang memerah.

"Dia bilang suami? apa aku tak salah dengar, tadi dia bilang suami? Kkyyaaaaa!!!" batin Jeno menjerit tak karuan cuma karena Haechan menganggap dirinya suami.

"Haec-"

Cup.

Lagi-lagi Jeno di buat terdiam, ternyata Haechan belum pergi dari sampingnya dan malah memberi kecupan pada pipi kirinya saat ia ingin memanggil Haechan.





                                             - - -ooOoo- - -

Kkyyaaaaa...!!!! ikut jejeritan aQ No. 🤣🤣🤣🤣🤣

"OUR SECRETS" {Nohyuck} END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang