FOURTY

850 53 0
                                    

Up malem-malem, tadi kelupaan soalnya.

Bilang kalo ada typo

Happy reading

"WOY BUKA GERBANGNYA ANJING!"

"KELUAR LO!"

"JANGAN JADI PENGECUT!"

Teriakan orang-orang dari pasukan Rio terdengar hingga seantero sekolah. Dengan seragam abu-abu putih yang dikeluarkan, rambut acak-acakan, dan beberapa ada yang menghisap batang rokok membuat kesan berandalan mereka ketara kental.

Melihat anak buahnya menggila di depan sekolah JHS, membuat Rio tersenyum miring. "Kita tunggu bos besar JHS keluar."

Sementara itu Erland dan yang lainnya berlari menuju gerbang sekolah. Suara teriakan semakin jelas terdengar. Satpam sekolah dan juga beberapa guru sudah ada di sana menahan pasukan Rio agar tidak masuk ke sekolah.

"NGAPAIN LO PADA KESINI?!" Gio berteriak membuat semua orang dapat mendengar suaranya.

Rio semakin tersenyum lebar melihat Erland yang sudah ada di depannya. Ia menyuruh pasukannya berhenti berteriak. Seketika suasana menjadi hening.

"Cari mati lo hah?!" Gio berteriak kembali sambil menatap tajam kearah mereka semua.

"Pake bawa pasukan segala. Takut lo lawan kita, hah?!"

Tiba-tiba saja Aksa mengambil dasi dari sakunya dan memasangkannya pada Gio.

"Ini juga! Ngapain sih lo? Minggir, ganggu orang ngomong elah," sentak Gio. Ia risih dengan Aksa yang di dekatnya sambil memasangkan dasi.

Aksa lebih mendekat dan berbisik, "Lo diem dulu. Ada Bu Dita di sini. Lo dihukum nggak pake dasi mampus lo."

Mata Gio membulat. Ia melirik ke samping dan benar saja ada Bu Dita di sana. Ia meneguk salivanya. Tatapannya beralih pada Aksa. "Cepetan kalo masang, keburu Bu Dita liat," bisiknya pada Aksa.

"Ya sabar. Susah ini. Salah sendiri nggak pake dasi," gerutu Aksa yang masih kesusahan memasangkan dasi.

"Mau ngapain lo dateng ke sini? Ngajak tawuran?" Kali ini Erland yang bertanya. Dia tidak berteriak atau membentak, tapi nadanya bisa membuat orang terintimidasi.

Rio terkekeh sebentar sebelum menjawab pertanyaan Erland. Hal itu membuat Erland dan lainnya mati-matian menahan untuk tidak menonjok wajah tengil itu.

"Jum'at, pulang sekolah. Di lapangan belakang JHS," ucap Rio lantang.

Seketika sorakan dan teriakan meremehkan terdengar dari pasukan Rio. Bahkan ada yang beberapa melempari kerikil kecil.

"Kalo lo semua nggak dateng,"

Rio menjeda kalimatnya. Kemudian dia menunjukkan jempolnya dalam keadaan terbalik ke bawah.

"Lo semua cemen!" lanjutnya kemudian pergi begitu saja diikuti yang lainnya.

Suara knalpot bersautan memekakkan telinga. Mereka seakan sengaja memanas-manasi Erland dan teman-temannya.

"Erland."

Erland menoleh saat Bu Dita memanggilnya. Wanita itu berdiri tegas dan memasang wajah galak. Gio sedari tadi sudah bersembunyi di belakang Aksa.

"Ini semua tanggung jawab kamu?"

Erland menatap wajah Bu Dita. "Iya, Bu. Saya akan bertanggungjawab atas semua yang terjadi di sini," ucap Erland mantap. Tak ada keraguan apapun di matanya.

Setelah mendapat anggukan dari Bu Dita, mereka semua bubar dan kembali ke kelas masing-masing. Jam istirahat sudah selesai dari tadi.

✨✨✨✨✨

VASSILISCA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang