THIRTY EIGHT

1.2K 68 9
                                    

Vote sebelum membaca
.
.
.

Happy reading 🍂✨

Sudah lumayan lama Ica dan Erland tidak berangkat sekolah bersama. Yang pasti dikarenakan masalah kemarin. Dan hari ini mereka berangkat berdua kembali.

"Ada yang udah baikan, nih," goda Valen yang melihat Ica dan Erland memarkirkan motor.

Ica tersenyum tipis. "Yuk, ke kelas sekarang," ajak Valen.

Ica menatap Erland. "Gue duluan," pamitnya dan di balas anggukan oleh Erland.

Sama seperti kedua gadis tadi, Erland dan Rafa juga pergi ke kelas mereka. Rafa dari tadi hanya diam memperhatikan pembicaraan mereka. Dia berangkat bersama Valen.

Terdengar suara benda yang dibenturkan dari kelas Ica. Mereka berdua semakin mempercepat jalannya. Di kelas, salah satu teman perempuan mereka tengah mengejar Bagas sambil membawa sapu yang dijunjung tinggi-tinggi. Sesekali sapu itu dipukulkan ke meja.

"Monyet! Turun gak lo!" Teman sekelas mereka yang diketahui namanya Mira itu sekarang menodongkan sapunya kearah Bagas yang berdiri di atas meja.

"Gak mau! Kalo gue turun ntar lo pukul pake sapu. Sakit bego," tolak Bagas yang masih berdiri di atas meja dan sesekali menghindar dari pukulan Mira.

"Makanya piket!" sentak Mira dan terus menodongkan sapu hingga membuat Bagas mundur sedikit.

"Turun gak lo?!"

Mira melempar sapu ke sembarang arah dan mulai menarik-narik celana abu-abu milik Bagas. Sang empu menahan celananya agar tidak sampai merosot ke bawah karena tarikan gadis bar-bar itu.

"Turun lo anjing!" Mira berganti menarik kaki Bagas agar lelaki itu jatuh ke bawah.

"Iye iye gue turun, tapi lepas dulu ini," ucap Bagas yang akhirnya pasrah.

Mira melepaskan tarikannya dan Bagas perlahan turun dari atas meja.

"Noh! Sekarang jadwal piket lo." Mira menempelkan kertas yang berisi jadwal piket satu kelas ke muka Bagas dan menahannya. Bagas kesulitan bernapas karena Mira menekan tepat di hidung dan mulutnya.

"Lepas!" Bagas menghempaskan tangan Mira yang menutup mukanya dengan kertas itu. Kertas itu jatuh ke lantai.

"Cepet nyapu bagian depan sana," ketus Mira dan menyodorkan sapu yang dia buang tadi.

"Hm," jawab Bagas malas. Dia sengaja menginjak kertas jadwal piket tadi. Sontak saja Mira melotot. "Heh! Itu kertas mahal. Fotocopy nya 500 rupiah," sembur Mira.

"Ck. Ribet lo!"

"Ambil cepet!" perintah Mira pada Bagas.

Dengan ogah-ogahan Bagas mengambil kertas itu lalu membersihkannya. Dia memberikan kertas itu pada Mira dengan senyum yang terpaksa. "Ini. Silahkan diambil," ucapnya sok manis.

"Udah cepet sana nyapu!" perintah Mira.

"Idih cipit sini nyipi," ucap Bagas menye-menye.

VASSILISCA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang