TWENTY FIVE

1K 67 7
                                    

Budayakan vote terlebih dulu sebelum membaca. Kalo ga vote aku doain matanya bintitan(canda)
.
.
.

Happy reading 🍂✨

Hari ini seperti halnya hari-hari yang lalu, Ica selalu berangkat bersama Bagas. Sudah seminggu mereka seperti itu. Banyak yang mengira mereka telah menjadi sepasang kekasih.

Namun ada seseorang yang tidak suka akan kedekatan mereka, siapa lagi kalau bukan Erland. Dia selalu merasakan hal aneh pada dirinya sendiri saat melihat kedekatan Ica dan Bagas.

Seperti saat ini, dia melihat Ica dan Bagas yang berboncengan berdua. Ingin sekali dia membogem wajah jelek Bagas itu dan menarik Ica dalam pelukannya, eh.

"Hareudang~ hareudang~." Gio yang berada di sebelah Erland tiba-tiba saja bernyanyi dengan keras. Tak apa jika suaranya bagus, sedangkan ini, seperti kaleng rombeng yang dipukul.

"Panas panas panas~." Aksa melanjutkan nyanyian Gio tadi dengan suara yang hampir mirip dengan suara Gio. Seperti suara tikus terjepit semut.

"Aduh panas banget ya disini, bogem wajah Bagas bocah tengil tuh enak kayanya." Kenzo ikut memanas-manasi Erland yang tengah menatap tajam ke arah Ica dan Bagas.

"Wah ide bagus tuh, kuy lah bogem rame-rame." Aksa berniat menghampiri Bagas dan membogem pipi adik kelasnya itu.

"Eh eh mau kemana lo?" tanya Rafa menarik kerah seragam Aksa dari belakang.

"Ya mau bogem tuh bocah lah."

"Lo beneran mau bogem dia?" tanya Rafa menatapnya tak percaya.

"Lo kira gue bercanda? Maaf ya, tapi seorang Aksa ini tidak pernah bercanda akan ucapannya," ucap Aksa sambil membusungkan dadanya.

"Halah bisa aja lo pantat semut." Kenzo menoyor kepala Aksa.

"Lo juga biasa aja dong hidung semut," balas Aksa menatap nyalang ke arah Kenzo.

"Gue udah biasa kumis kebo."

"Lo tadi nyolot kumis ayam."

"Wait, wait, kalian itu nyebutin semua anggota tubuh hewan . Tapi kalian pernah liat pantat semut sama hidung semut emang?" tanya Gio menyela perdebatan Aksa dan Kenzo.

Kemudian kedua orang yang ditanya pun menggelengkan kepalanya. "Trus kenapa kalian sebutin?"

"Ya biar lucu aja gitu, tapi siapa tau pantat sama hidung semut beneran ada kan?" jawab Aksa.

"Coba lo periksa tuh semut, ada pantat sama hidungnya gak?" Gio menunjuk pada semut hitam besar yang melintas di depan mereka.

Aksa pun berjongkok sambil mengamati semut itu dari dekat. Dan karena terlalu fokus mengamati semut hitam itu, kepala Aksa hampir menyentuh tanah dan pantatnya nungging ke atas. Seperti orang gila sejati. Lagian mana ada yang mengamati semut dengan seperti itu.

Teman-teman Aksa pun tertawa melihat posisinya sekarang. Sungguh tak elit cogan sekolah bertindak seperti itu. Tawa mereka sangat keras sehingga menarik perhatian murid-murid yang ada di sana.

Sadar kalau mereka diperhatikan, mereka pun menghentikan tawanya dan mengubah ekspresi wajahnya menjadi cool. Sok cool lebih tepatnya.

VASSILISCA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang