FOUR

3.4K 235 66
                                    

Harap vote dulu sebelum membaca :)
.
.
.
.
Happy reading 🍂✨

Pada pagi hari yang cerah dan setengah mendung terdapat seorang gadis yang masih bergelung nyaman dengan  selimut kesayangannya.

Gadis itu adalah Ica. Jam sudah menunjukan pukul 6.30 tapi Ica masih belum bangun. Dia semalam baru tidur jam 2 dikarenakan keasikan membaca novel.

Brakk!

Pintu kamar Ica terbuka lebar dikarenakan oleh tendangan seseorang, yang tak lain adalah tendangan milik Friska, mamanya sendiri.

"ICAA BANGUN GAK LO SEKARANG UDAH SIANG CEPET BANGUN!!!" teriak Friska tepat di telinga Ica.

Ica yang mendengar teriakan itu sontak langsung terbangun. Ia duduk sambil mengumpulkan nyawa terlebih dahulu.

"Heh! cepet siap-siap sekolah malah duduk disini!" perintah Friska berkacak pinggang melihat putrinya itu.

"Iya iya sekarang masih pagi juga," jawab Ica dengan kesal oleh perbuatan mamanya itu.

"Pagi MATA LO! Sekarang udah jam setengah tujuh ogeb!"

"Hah? Jam berapa?" tanya Ica yang masih belum sadar banget.

"Jam.setengah.tujuh.Ica.sayang," balas Friska penuh penekanan.

"Ck!masih jam sete- HAH?! SETENGAH TUJUH? OMEGAT ICA TELAT!!" teriak Ica yang sudah sadar betul. Lalu dia dengan cepat pergi ke kamar mandi untuk mandi.

Friska yang melihat kelakuan anaknya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya

"Punya anak perawan tapi berasa melihara kebo," gumam Friska.

Setelah mandi, memakai seragam dan juga sepatu Ica langsung turun kebawah menghampiri orangtuanya.

"Ma, Pa, Ica berangkat dulu. Bye," pamit Ica buru-buru.

"Eh gak makan dulu, ca?" tanya Fredick pada anaknya itu.

"Gak sempat pa," jawab Ica yang sudah berada di pintu keluar.

Ica kemudian naik taksi untuk pergi ke sekolah. Tapi saat hampir sampai di sekolah, jalanan macet parah. Akhirnya mau tidak mau Ica melanjutkan perjalanan dengan berlari. Ia melihat jam tangannya, satu menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Hal itu membuat Ica mempercepat larinya.

Tapi, saat sudah sampai sekolah gerbangnya sudah di tutup. Ica menghela napas kasar dan mengatur napasnya dulu.

"Pak satpam yang baik hati dan tidak sombong, bukain gerbangnya buat Ica dong," pinta Ica dengan senyumnya yang sangat manis. Berharap satpam itu luluh.

"Duh maap neng bapak gak bisa bukain. Nanti bapak dimarahin sama Bu Dita," ucap satpam itu.

"Yaah pak, ayolah bukain gerbangnya. Nanti kalo saya gak bisa masuk trus saya gak belajar trus saya jadi bodoh trus saya gak bisa cari kerja trus saya nanti kalo udah besar mau makan apa? Bayangin pak kalo itu terjadi ama anak bapak," ucap Ica sedramatis mungkin.

"Tapi neng-" ucapan satpam itu terpotong.

"Ada apa ini?" tanya seorang guru yang tiba-tiba datang.

"Eh Bu Dita, ini Bu neng ini telat tapi maksa masuk," jelas pak satpam. Sedangkan Ica mendengus kesal.

'Kenapa harus diperjelas sih pak' batin Ica kesal.

"Benar itu?" tanya bu Dita pada Ica.

"Emm i-iya Bu," jawab Ica sambil tersenyum kikuk.

"Sekarang kamu masuk lalu lali keliling lapangan sebanyak 5 kali dan hormat di depan tiang bendera sampai jam istirahat!" perintah bu Dita.

"Iya Bu," jawab Ica lesu. Bagaimana tidak lesu jika harus lari mengelilingi lapangan JHS yang begitu luas itu sebanyak lima kali. Belum lagi hormat di depan tiang bendera sampai istirahat.

VASSILISCA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang