THIRTY FIVE

957 56 8
                                    

Vote dulu sebelum membaca
.
.
.
Kalo vote nya banyak ntar updatenya cepet

____________
____________________

Jika ada masalah hadapi jangan lari seperti seorang pengecut
____________________
____________

Happy reading 🍂✨

Pulang sekolah Destern sudah menunggu Ica di depan gerbang. Dia duduk di motornya sambil memainkan ponselnya.

Banyak siswi-siswi yang mengagumi ketampanannya. Mereka seakan disuguhkan pemandangan indah setelah lama belajar di sekolah. Seharian otak mereka diisi dengan pelajaran yang membuatnya pusing. Dan pulang langsung disuguhkan pemandangan yang memanjakan mata.

Sesekali Destern mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah gerbang guna melihat apakah Ica sudah keluar atau belum.

Lama menunggu, akhirnya Ica keluar dengan wajah yang murung. Matanya pun sembab. Destern mengerutkan keningnya melihat Ica berjalan dengan tidak semangat.

"Kenapa?" tanya Destern yang dijawab gelengan kepala oleh Ica.

"Ayo ke markas," ucap Ica pelan sambil naik ke motor Destern.

Ica melingkarkan tangannya di pinggang Destern dan menempelkan pipinya di punggung Destern. Seakan dia tidak memiliki tenaga untuk menopang dirinya sendiri.

Sampai di markas, Ica disambut oleh para anggota Thunder Flash. Mereka senang ketuanya mengunjungi markas setelah sekian lama tidak berkunjung.

"Hai, Bu Bos, udah lama gak kesini," sapa Jefri, anggota Thunder Flash yang lebih tua satu tahun dari Ica. Artinya sepantaran dengan Erland.

Ica membalas sapaan itu hanya dengan senyuman tipisnya. "Kok keliatannya mukanya murung gitu, ada masalah? Sini cerita sama Bang Jef," ucap Jefri menaik turunkan alisnya.

Lagi-lagi Ica hanya menanggapinya dengan senyuman. Kemudian ada yang menepuk bahunya. Dia pun menoleh. Ternyata Destern.

"Keruangan kita aja," ajak Destern diangguki oleh Ica.

Saat mereka akan melangkah,

"Ternyata lo sekongkol sama geng ini," ucap Erland yang tiba-tiba mengejutkan Ica dan Destern. Bagaimana bisa Erland ada disini.

"Erland," cicit Ica.

"Siapa yang mengizinkan lo buat masuk markas Thunder Flash?" tanya Destern dengan tatapan tajamnya.

"Gak ada. Gue cuma mau tanya kenapa dia ada disini?" tanya Erland menyorot Ica tajam.

"Seharusnya kita yang tanya. Ngapain lo masuk ke markas kita? Ica itu ketua kita," celetuk salah satu anggota Thunder Flash.

Erland terkejut mendengar ucapan anggota tersebut. Ica ketua Thunder Flash? Apa-apaan ini?

"Lo bohongin gue. Lagi," desis Erland dengan rahang mengeras dan mata yang menyorot Ica tajam. Bila mata itu diibaratkan pisau, mungkin pisau itu bisa membunuh Ica dengan sekejap.

"Maaf."

Hanya itu yang bisa diucapkan Ica. Dia mengaku dia memang bersalah. Dia telah membohongi Erland. Bukan sekali tapi berulangkali.

VASSILISCA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang