EIGHT

2.2K 168 24
                                    

Harap Vote  dulu sebelum membaca :)
.
.
.
.
Happy reading 🍂✨

"HEI KALIAN BERDUA!"

Ica dan Erland sontak terkejut dan langsung memutuskan kontak mata yang mereka lakukan bertahun-tahun tadi, eh maksudnya bermenit-menit.

"Eh ada Bu Dita," ucap Ica tersenyum kikuk.

Ya, yang teriak tadi adalah Bu Dita. Ternyata saat Ica dan Erland bernyanyi, suara mereka masuk ke microfon sehingga suara mereka dapat terdengar sampai satu JHS. Ingat kan yang tadi Ica nggak sengaja ngehidupin microfon pas lagi lihat-lihat ruang musik?

Dan karena suaranya terdengar satu sekolah,banyak murid-murid yang berbondong-bondong untuk melihat suara siapa itu.

Jadi sekarang di depan ruang musik ada banyak murid JHS dan juga ada Bu Dita yang terlihat marah tentunya.

"Siapa yang mengijinkan kalian masuk ruang musik ini?" marah Bu Dita.

"Tidak ada," jawab Erland cuek. kan kalo ke orang lain cuek lagi.

"Lalu kenapa kalian masuk ke ruang musik ini, HAH?!" teriak Bu Dita yang semakin marah mendengar jawaban dari Erland.

'Buset nih guru bikin jantungan aja' batin Ica.

"Ya karena kita pengen aja masuk ruang ini." Erland menjawabnya dengan sangat santai. seperti di pantai, ya nggak?

"Kamu ini sama guru nggak ada sopan santunnya. Sekarang kalian lari keliling lapangan sebanyak 10 kali, setelah itu cabuti rumput di halaman belakang sekolah!" perintah Bu Dita yang pasti tidak bisa di ganggu gugat lagi.

"Sekarang bu?" Ica bertanya dengan polosnya.

"Besok."

"Oh yaudah kalau gitu kita pergi dulu ya bu. Ayo kak" ajak Ica pada Erland.

"Ya sekarang lah Ica!" murka Bu Dita.

"Tapi kan ibu tadi bilangnya besok."

Belum sempat Bu Dita menjawab, Erland segera menarik tangan Ica untuk keluar dari ruang musik. Kalau tetap berada di sana bisa-bisa mereka berdua dimarahi habis-habisan oleh Bu Ditai. Ya walaupu mereka sudah dimarahi tadi.

"Kak kenapa kakak gandeng tangan Ica? Kakak suka ya sama Ica?" ucap Ica dengan sangat percaya diri.

"Heh lo itu pd banget sih? Gue narik inget ya narik bukan gandeng lo keluar dari ruang musik tadi itu biar kita nggak dimarahin lagi sama tuh guru," jawab Erland.

"Trus kenapa kita malah ke lapangan bukannya ke kelas? Kan sekarang udah masuk," tanya Ica yang polos atau yang lebih tepatnya bego.

"Otak lo itu terbuat dari apa sih? Lemot banget. Kita disini itu mau ngejalanin hukuman."

"Tapi kan kata Bu Dita tadi hukumannya dikerjain besok."

"Terserah lo, gue capek ngomong sama lo." Kemudian Erland mulai lari mengelilingi lapangan untuk menjalankan hukumannya.

Sedangkan Ica yang tidak tahu apa-apa memilih ikut berlari saja bersama Erland.

Pada saat putaran ke 6 Ica mulai kelelahan. Dia pun berhenti sejenak, dia duduk di tengah lapangan yang panas itu. Sedangkan Erland sudah menyelesaikan putaran terakhirnya dan melihat Ica yang sedang duduk di tengah lapangan.

"Woi, lo ngapain disana?" teriak Erland.

"Kak Erlaaaaannd gue capek!" Ica mengeluh pada Erland yang sedang enak-enak duduk di bawah pohon di pinggir lapangan.

VASSILISCA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang