THIRTY SEVEN

1K 66 6
                                    

Vote!
.
.
.

Kalo ada typo kasih tau

Happy reading 🍂✨

Rambut panjang kecoklatan itu berterbangan yang disebabkan oleh angin. Takut. Itu yang dirasakan oleh pemilik rambut panjang kecoklatan itu. Dia sedang menunggu seseorang saat ini.

Pintu rooftop kemudian terbuka. Menampilkan sosok Bagas yang memasuki rooftop. Dia berjalan menuju pembatas rooftop dan berdiri di samping Ica. Pandangannya lurus ke depan menikmati pemandangan kota besar dan juga gedung-gedung tinggi.

"Gue minta maaf," ucap Ica membuka pembicaraan.

Bagas menoleh ke sebelah. Dilihatnya Ica yang juga sedang menatapnya dengan tatapan bersalah. Dia tahu gadis itu tulus meminta maaf padanya.

"Santai aja," balas Bagas tersenyum. Tapi senyuman itulah yang membuat Ica semakin bersalah.

"Maaf udah manfaatin lo demi kepentingan gue sendiri dan gue nggak mikirin perasaan lo," ucap Ica dengan volume kecil di akhir kalimatnya.

"Gue udah lupain itu. Lo tenang aja," kekeh Bagas sambil mengacak rambut Ica.

"Gue minta maaf." Ica langsung saja menubruk Bagas dan memeluk laki-laki itu dengan erat. Dia merasa sangat bersalah pada laki-laki ini.

Bagas yang terkejut pun tersenyum. Dia mengusap kepala Ica dan juga bahunya yang bergetar. Gadis itu menangis.

Setelah tangisan Ica mulai reda, Bagas melepas pelukan itu dan mengusap air mata Ica. "Gue nggak papa, lo tenang aja," ucap Bagas tersenyum lembut.

"Gue udah jahat sama lo, tapi kenapa lo masih baik sama gue?" tanya Ica dengan suara seraknya.

"Gue tahu gimana rasanya di posisi lo. Gue udah tahu semuanya dari Erland. Tapi pesan gue, jangan terlalu cepat menyimpulkan keadaan. Bisa aja lo nyakitin orang yang nggak bersalah," tutur Bagas.

Ica mengeryit. "Maksudnya?" tanyanya.

"Nanti lo paham, sekarang kita ke kelas aja," ucap Bagas menggandeng tangan Ica.

✨✨✨✨✨

"Gimana lo sama Bagas?" tanya Valen saat melihat Ica memasuki kelas sendirian. Tadi saat di perjalanan menuju kelas Bagas pamit karena ada urusan.

"Bagas nggak marah sama gue," jawab Ica lalu duduk di tempat duduknya.

"Syukurlah, makanya jangan aneh-aneh lagi," omel Valen.

"Iya-iya," jawab Ica malas.

"Trus lo sama Kak Erland gimana?" tanya Felis yang duduk di atas meja Ica dan Valen.

"Itu yang gue nggak tau," jawab Ica lesu.

"Lo ajak ketemuan aja," ucap Valen memberi saran.

"Kalo dia nggak mau?"

"Kita yang bakal suruh dia datang," jawab Felis.

VASSILISCA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang