FOURTY TWO

967 51 0
                                    

Chapter ini kalian harus vote!

Koreksi kalo ada typo

Happy reading

Di pinggir lapangan terlihat segerombolan pria dengan pakaian hitam. Banyak tato di badan mereka. Beberapa dari mereka memegang rokok sesekali dihembuskan. Dan juga banyak dari mereka yang membawa sebatang kayu. Mereka berjalan mendekat dengan senyum mengerikan.

Mereka adalah para preman.

Erland, Ica maupun yang lainnya dengan cepat dapat memahami situasi. Mereka adalah preman yang di sewa Rio untuk membantunya.

Otak Rio memang tak pernah jauh dari kelicikan dan kecurangan. Saat ini dia tampak menyeringai kemenangan. Dia mendekati ketua preman itu dan berjabat tangan.

"Akhirnya lo dateng juga," ucap Rio menepuk bahu ketua preman itu.

"Tadi ada kendala dikit jadi telat," jawabnya.

"Jadi... Mereka semua yang harus kita habisi?" tanya orang itu menatap Erland dan yang lainnya.

"Yoi. Hajar aja langsung."

"Cih. Licik!" ucap Ica menatap Rio marah.

"Dari dulu," balas Rio dengan senyuman lebar.

Lalu tanpa basa-basi sekumpulan preman itu langsung saja menghajar semua anggota Eagle. Preman yang membawa sebatang kayu itu menyulitkan Eagle untuk melawan mereka. Ditambah energi yang tidak sebanyak tadi membuat banyak anggota Eagle kewalahan.

Erland melihat anggotanya yang melemah, segera memanggil sisa anggotanya yang bersembunyi. Tepat saat ketua mereka memanggil, mereka keluar dari persembunyiannya dan turut melawan preman-preman itu.

Rio sedikit khawatir orang suruhannya itu akan kalah melihat munculnya anggota Eagle lain dan bersenjata. Saat dia ingin membantu mereka, dia dihadang oleh Ica.

"Urusan lo sama gue belum selesai."

"Lo mau apa lagi sih? Abang lo itu udah mati," jawab Rio menatap malas Ica.

"Lo tega banget sama abang gue. Dia udah percaya sama lo, tapi lo malah..."

Ica tidak melanjutkan kalimatnya. Matanya berkaca-kaca mengingat almarhum abangnya dulu. Emosinya memuncak. Ia melayangkan pukulan kearah Rio, tapi dengan cepat ditangkis oleh laki-laki itu.

Tak menyerah, Ica terus saja melayangkan pukulan. Tetapi Rio tak membalasnya, laki-laki itu hanya menghindar membuat Ica geram.

"Balas gue bangsat!"

"Gue nggak minat lawan cewe lemah kaya lo!" ucap Rio dan bersiap meninggalkan Ica.

Bugh

Tinjuan telak Ica berhasil membuat Rio terhuyung. Dia tersenyum melihat Rio yang menatapnya tajam.

"Gue nggak akan main-main kali ini," ucap Rio serius.

Dia berjalan kearah Ica dan melayangkan tinjuan seperti yang Ica lakukan tadi. Ica menghindar. Dia berniat memukul perut Rio tapi laki-laki itu dengan cepat menahannya dan malah memukul perutnya.

Ica mengaduh sambil memegangi perutnya. Ia mundur beberapa langkah. Tapi sedetik kemudian dia berlari dan akan melayangkan tinjuan lagi.

Saat Rio sudah bersiap akan tinjuan Ica, gadis itu malah menendangnya dari pinggir hingga membuatnya terjatuh. Sial, dia tertipu.

Sementara Erland dan lainnya kewalahan melawan preman-preman ini. Stamina mereka begitu kuat. Ditambah kayu sebagai senjata mereka, membuatnya susah dikalahkan.

VASSILISCA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang