TWENTY TWO

1.1K 86 9
                                    

Nanti di bawah bakal ada pertanyaan dari aku, jangan lupa dijawab ya😉

Harap vote dulu sebelum membaca :)
.
.
.
.
Happy reading 🍂✨

Pagi ini murid-murid JHS akan kembali ke Jakarta. Mereka sudah selesai mengemasi barang-barangnya dan sekarang tinggal bersiap untuk naik ke dalam bus.

"Len, gue tuker duduk dong sama lo," pinta Ica pada Valen. Dia tak mau bila duduk bersama Erland lagi. Bukan apa-apa, dia hanya tidak mau jantungnya berdegup kencang seakan mau copot dari tempatnya saat berdekatan dengan Erland.

"Nggak mau. Nanti gue duduk sendirian dong," tolak Valen.

"Lo nggak sendirian kok, beneran nggak bohong gue," ucap Ica seraya mengangkat dua jarinya.

"Iya nggak sendirian, tapi sama Kak Erland, kan?" tebak Valen.

"Iya." Ica menyengir lebar.

"Nggak mau, lo aja sana sama Kak Erland berduaan."

"Nggak mau." Ica menolaknya cepat sambil menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?" Felis bertanya.

"Bahaya buat kesehatan jantung gue."

"Emang kenapa sama jantung lo?"

"Detaknya jadi kenceng banget kalo deket sama Kak Erland," kata Ica jujur.

Valen dan Felis tersenyum penuh arti mendengar penjelasan Ica. Sedangkan Ica menatap kedua sahabatnya itu horor.

"Ngapain kalian senyum kayak gitu?"

"Gue tahu." Valen berucap antusias.

"Tahu apa?"

"Lo suka kan sama Kak Erland."

"Hah?" Ica tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Valen. Suka? Oh ayolah dia bahkan tidak pernah membayangkan menyukai seseorang yang menyebalkan seperti Erland. Apa lagi Erland adalah orang yang membunuh orang yang disayanginya.

"Lo kalo ngomong jangan ngaco deh, mana mungkin gue suka sama dia," elak Ica.

"Siapa yang ngaco, emang bener kok. Ya, nggak, Fel?"

"Yoi."

"Ck. Lo berdua sama aja, udah lah ayo kita masuk kedalam bus." Ica beranjak memasuki bus.

Ica duduk ditempat yang sama saat mereka berangkat. Duduk si sebelah kaca dan pastinya bersama Erland. Tapi saat ini Erland belum datang juga, Ica tak memusingkan hal itu. Dia memutuskan memasang earphone dan mendengarkan musik.

Karena tadi malam Ica tidak tidur dengan cukup, jadi sekarang dia mengantuk. Ica tertidur dengan kepala menyender di kaca. Ica sudah tertidur sebelum bus berangkat. Sepertinya dia mengantuk berat.

Valen saat ini tengah cekikikan melihat hasil jepretan fotonya. Di foto itu ada gambar Ica yang sedang tidur sambil mulutnya setengah terbuka.

"Kenapa lo?" tanya Felis bingung pada sahabatnya ini. Tiba-tiba ketawa seperti orang tidak waras.

"Lihat nih." Valen menunjukkan foto tadi kepada Felis, alhasil Felis juga tertawa seperti Valen tadi.

"Wah bagus banget lo ngambil fotonya," puji Felis.

"Iya dong."

"Bisa dibuat bahan ancaman nih. Jadi kalo kita suruh-suruh Ica dan dia protes, kasih liat aja nih foto sambil ngancem nih foto bakal disebar. Bagus kan ide gue," ucap Valen dengan bahagianya.

"Wah lo mah sahabat gue yang paling pinter." Felis berdecak kagum dengan ide sahabatnya ini. Mereka kemudian ber-tos sambil tertawa bersama. Teman laknat bukan?

VASSILISCA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang