EXTRA PART : FLASHBACK (1)

1.4K 40 0
                                    

Mana kemaren yang minta extra part

Ini aku bikin flashback kejadian sebelum Vino tewas. Di sini bakal dijelasin lebih jelas penyebab semua konflik.

Happy reading

Seorang anak laki-laki berseragam putih biru berdiri menyender pada pagar sekolah. Tangannya dia masukkan ke dalam kantong celananya.

Matanya terus menatap ke arah sekolah, mencari seseorang. Dia berdecak kesal. Sudah lama dia berdiri sendiri menunggu orang itu, tapi tak kunjung datang.

"Yo," sapa seorang anak laki-laki yang juga memakai seragam putih biru.

"Lama."

Laki-laki tadi berjalan mendahului temannya karena kesal dibuat menunggu lama.

"Tadi ada ulangan matematika, susah banget gila," jelasnya saat mengetahui temannya itu sedang kesal.

"Sejak kapan seorang Rio peduli pelajaran? Biasanya juga lo bolos."

"Harusnya sebagai teman yang baik, lo dukung gue dong," ucap Rio sambil nyengir.

Temannya tak menanggapi, hanya diam dan terus berjalan.

"Erland! Rio!"

Kedua laki-laki itu menoleh ke belakang. Di sana ada seorang laki-laki yang lebih tua setahun dari mereka mengendarai motor.

"Kenapa, Bang?" tanya Erland saat motor itu berhenti di samping mereka.

"Bang Vino nyuruh semuanya kumpul di markas."

"Sekarang?" tanya Rio dengan polosnya.

"Minggu depan," jawab laki-laki itu asal.

Rio mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Dua orang lainnya menatap gemas kepadanya.

"Ya sekarang bego!"

"Tolol banget sih, lo."

Erland memukul kepala Rio membuat laki-laki itu kesakitan.

"Tadi katanya minggu depan," ucap Rio protes sambil memegangi kepalanya.

"Gatau."

Setelah mengatakan itu dengan kesal, laki-laki di atas motor tadi pergi meninggalkan mereka berdua.

"Bang, nebeng," teriak Erland kencang dan berlari mengejar motor tadi.

"Males!" balas laki-laki tadi dengan berteriak juga.

"Bang Destern itu mau kemana?" tanya Rio yang sudah berada di samping Erland.

"Ke markas lah."

"Iya lah bego!"

Melihat Erland yang sudah jalan terlebih dahulu, Rio bertanya, "Kita jalan ke sana? Jauh loh. Ngambil sepeda adek kelas aja yok."

Erland memutar bola matanya malas mendengar ajakan sesat dari temannya itu. Kemudian ide cemerlang terlintas di otaknya. Sudut bibirnya tertarik, dia menatap Rio dan membuat laki-laki itu bingung. Apa yang salah dengannya.

Saat itu juga Erland berlari sekuat tenaga sambil berteriak, "Yang sampe dulu dia menang!"

"Heh curang lo! Nggak adil! Ulang-ulang!"

Rio berteriak sambil berlari mengejar Erland. Laki-laki yang dikejar malah tertawa seperti orang gila.

Di markas, rupanya semua anggota sudah berkumpul. Erland dan Rio mendudukkan diri mereka di sofa dengan napas tersengal. Akhirnya mereka sampai bersamaan, tidak ada yang menang.

"PERHATIAN!"

Anggota lain yang tadinya mengobrol dan berbincang-bincang seketika terdiam dan berdiri tegak menghadap ke depan.

Destern, orang yang berteriak tadi, menggeser badannya ke samping. Lalu tampaklah ketua mereka yang baru saja tiba.

Aura kepemimpinan Vino begitu ketara membuat anggota-anggotanya menghormatinya. Dia berdiri tegap dan matanya menatap satu persatu anggota yang ada dihadapannya.

"Geng kita udah berdiri dari 3 tahun yang lalu. Dengan bantuan orang kepercayaan gue, yaitu Destern dan juga bantuan dari kalian semua, geng Lion jadi geng yang kuat. Sebagai pemimpin kalian, gue bangga," ucap Vino lantang disertai tepuk tangan.

Anggota yang lain ikut bertepuk tangan sebagai apresiasi kerja keras mereka selama ini.

"Sebentar lagi, gue bakal fokus ke pendidikan gue. Gue nggak bakal mungkin bisa jadi pemimpin kalian lagi."

Semuanya terdiam. Saling berpandangan seolah bertanya apa maksud ucapan Vino.

"Gue bakal lepas jabatan jadi ketua Lion. Tapi tenang aja, gue udah cari pengganti gue. Dan gue yakin orang itu pasti mampu memimpin kalian lebih baik daripada gue sekarang."

Anggota lain mulai berbisik-bisik dan bertanya-tanya. Kira-kira siapa calon ketua baru mereka.

"DIAM!"

Teriakan Destern kembali membuat mereka terdiam. Ruangan kembali senyap.

"Gue harap kalian bisa nerima dia sebagai ketua kalian yang baru. Kalau ada yang nggak terima, angkat tangan dan bilang ke gue,"

Semuanya semakin penasaran siapa sebenarnya calon ketua mereka yang baru ini.

"Orang itu adalah Erland."

Anggota lain terkejut mendengar bahwa Erland adalah ketua berikutnya. Meskipun tak diragukan kemampuan Erland dalam hal bertarung maupun kepintaran. Dia menjadi salah satu anggota terkuat diantara mereka.

Tetapi mereka semua tetap tidak menyangka bahwa Vino akan memilih orang yang jauh lebih muda darinya.

"Erland lo maju ke depan!" perintah Vino dan langsung dituruti oleh Erland.

Sebenarnya laki-laki itu masih tidak percaya bahwa dia lah yang ditunjuk oleh Vino. Dia tidak terbayang sebelumnya kejadian seperti ini.

"ADA YANG KEBERATAN ERLAND MENJADI KETUA SELANJUTNYA?!" teriak Vino ketika Erland sudah berada di sampingnya.

"TIDAK."

Semuanya serempak menjawab. Mereka tak keberatan jika Erland menjadi ketuanya. Karena mereka sendiri sudah melihat kemampuan Erland. Mereka rasa, Erland lah yang pantas mendapatkan posisi ini.

"Setelah ketua baru sudah ditentukan, saatnya gue turun dari jabatan ini. Selama gue jadi ketua kalian, gue bangga punya anggota kaya lo semua. Dan gue minta maaf kalo gue ada salah sama kalian,"

Beberapa dari mereka nampak terharu mendengar ucapan Vino. Vino adalah ketua pertama mereka. Vino lah yang membangun geng ini. Alvino Fernandz adalah pendiri sekaligus ketua pertama mereka.

"Anggep aja hari ini pesta penyambutan ketua baru kalian. Hari ini kita seneng-seneng."

Semuanya bersorak gembira atas terpilihnya Erland menjadi ketua yang baru. Satu markas dipenuhi suara anggota geng Lion.

Suasana semakin ramai saat Destern membawa banyak sekali makanan.

Namun di samping itu, seorang laki-laki menatap mereka semua dengan marah. Matanya menatap tajam. Tangannya terkepal menahan emosi.

"Gue yang lebih pantes dapetin posisi itu," desisnya tajam dan pergi dari tempat itu.

✨✨✨✨✨

Karena ga cukup, lanjut prat 2 oke


VASSILISCA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang