NINE TEEN

1.2K 87 1
                                    

Harap vote dulu sebelum membaca :)
.
.
.
.
Happy reading 🍂✨

Dia menajamkan matanya dan tampaklah sebuah goa yang tidak terlalu besar. Dengan cepat, Erland menarik tangan Ica untuk menuju goa tersebut.

Ica tersentak ketika dirinya tiba-tiba di tarik oleh Erland. Karena tidak siap, dia jadi keteteran untuk mengimbangi langkah Erland.

Saat sampai di dalam goa, Ica akan protes karena tangannya ditarik begitu saja. Tapi, Erland langsung membekap mulutnya sehingga dia tidak bisa berbicara. Bahkan bernafas pun sulit.

Sedangkan Erland, laki-laki itu tetap membekap mulut Ica sambil telunjuk nya menempel di mulutnya sendiri. Mengisyaratkan Ica untuk diam. Ica pun menurut.

Di luar goa, harimau yang mengejar Erland dan Ica tadi sudah sampai di bibir goa. Tapi karena goa itu gelap, pengap dan dingin, harimau itu tak jadi masuk. Dan lebih memilih berdiam diri di depan goa tersebut. Dia tidak akan melepaskan mangsanya begitu saja. Sesekali dia menggeram dengan suara yang lumayan keras.

Di dalam goa itu pula, Ica sedang memukul-mukul lengan Erland yang membekapnya. Dia benar-benar sudah kekurangan oksigen sekarang.

Mengerti dengan maksud apa yang Ica lakukan, Erland akhirnya melepaskan bekapannya. Dan kemudian dia melihat tengah menatapnya tajam, seolah berkata, 'kau ingin membunuhku hah?!'. Erland hanya terkekeh serasa tak berdosa.

"Trus ini kita gimana?" tanya Ica dengan berbisik.

"Bentar, gue cek dulu di luar,"ucap Erland.

Ica hanya mengangguk sambil berbisik, "Hati-hati."

Erland berjalan ke mulut goa mengendap-endap. Dia tidak ingin keberadaannya di ketahui oleh sang predator tadi. Sesampainya di mulut goa, dia dapat melihat harimau itu sedang tertidur pulas menghalangi pintu goa.

Karena goa itu tidak terlalu besar, harimau itu dapat menutup pintu goa itu dengan badannya. Jadi Erland dan Ica tidak bisa keluar saat ini.

Erland memutus kan untuk kembali kedalam goa. Dia memberi tahu Ica bahwa mereka tidak bisa keluar, jadi terpaksa mereka berada dalam goa dulu untuk sementara.

Di tempat perkemahan, Rafa dan Valen sudah sampai sejak tadi. Mereka sampai di perkemahan dengan kondisi yang buruk. Rambut acak-acakan, baju kotor, dan mereka terlihat kelelahan karena berlari tadi.

Sekarang mereka tengah beristirahat di tenda masing-masing. Tetapi, pikiran Valen masih tertuju pada Erland dan Ica. Bagaimana kondisi mereka saat ini? Apakah mereka selamat? Atau mereka tertangkap oleh harimau itu dan mereka di- Valen segera menepis pikiran buruknya itu. Lalu dia bangkit dan pergi ke tenda Rafa.

"Kak, lo tadi liat nggak Erland sama Ica larinya ke arah mana?" tanya Valen kepada Rafa saat sudah sampai di tendanya.

"Gue nggak tau, yang pasti mereka lari ke arah dalam hutan, bukan malah keluar hutan," jawab Rafa dengan nada yang sedikit khawatir.

"Duh, gimana ini." Mata Valen memanas, cairan bening itu sudah menumpuk di pelupuk matanya. Dia sangat khawatir pada sahabatnya itu.

"Ya udah ayo kita ke Bu Sinta aja sekarang," usul Rafa yang disetujui oleh Valen.

Sedangkan Felis saat ini tengah berdebat dengan Bu Sinta. Dia ingin ikut mencari Ica didalam hutan sana bersama anggota yang sedang mencari Ica. Tapi Bu Sinta keukeuh tidak mau mengijinkan.

"Ayo lah Bu, sahabat saya dalam bahaya di dalam hutan sana. Dan Ibu malah nyuruh saya tenang, gimana mau tenang," tutur Felis. Dia benar-benar kesal dengan wali kelasnya ini.

VASSILISCA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang