THIRTY SIX

1K 51 9
                                    

Vote sebelum membaca!
.
.
.
____________
____________________

Kalian punya sahabat?
____________
____________________

Happy reading 🍂✨

Mengerjapkan matanya berkali-kali. Itu lah yang dilakukan Erland. Dia terheran-heran melihat Ica yang tepat berada di hadapannya. Lebih tepatnya di pelukannya.

Dia mencoba mengingat apa yang kemarin terjadi. Dia hanya ingat kalau dia pergi ke club, lalu Gio datang menonjoknya, dan dia dibawa teman-temannya. Tapi kenapa Ica ada di sini sekarang?

Laki-laki itu memandangi wajah cantik saat tidur. Bulu mata lentik, hidung mancung yang mungil, dan bibir tipisnya yang sedikit terbuka. Dia tersenyum menatap gadis itu.

Pikirannya kembali mengingat saat dia mengikuti Ica hingga ke markas Thunder Flash. Ica ketua geng itu. Ica dendam padanya. Ica adik dari Vino.

Flashback on

Dor!

Suara tembakan yang nyaring terdengar oleh ketiga orang laki-laki yang masih remaja. Salah satu diantara mereka reflek memegang dadanya yang mengeluarkan darah tersebut.

Seketika laki-laki itu luruh ketanah dengan darah yang terus mengalir. Laki-laki yang memegang pistol tadi menatap tak percaya apa yang dia lakukan. Dia kemudian menyerahkan pistol itu ke laki-laki satunya yang masih diam tak berkutik.

Secepat kilat laki-laki yang memegang pistol tadi berlari keluar dari ruangan tempat itu. Dia kabur meninggalkan tanggung jawab.

Laki-laki yang diam saja tadi segera tersadar. Dia segera menghampiri sahabatnya yang tengah terluka itu. Wajah sahabatnya sudah pucat karena banyak kehilangan darah.

"Bang, ayo kita ke rumah sakit sekarang. Ayo cepet Bang!" panik laki-laki tadi sambil ingin memapah sahabatnya itu.

"Nggak u-sah," balas laki-laki itu lirih. Tangannya menahan tangan sahabatnya itu yang ingin membawanya ke rumah sakit.

"Nggak usah gimana maksud lo! Lo ketembak Bang!" teriak laki-laki itu.

Dia takut sahabatnya yang lebih tua tiga tahun itu kenapa-kenapa. Dia sudah menganggapnya abang kandungnya sendiri.

"G-gue ada pesan buat llo." Laki-laki terus saja memaksa berbicara sedangkan kondisinya semakin memburuk. Darah yang keluar dari dadanya terus mengalir.

Laki-laki yang lebih muda tadi memegang dada sahabatnya itu agar darah berhenti mengalir. Tapi percuma saja.

"Gue anter lo ke rumah sakit dulu! Kalo udah nanti lo bebas mau ngomong apa aja!" sentak laki-laki itu.

"Waktu gue gak banyak. Gue mau lo jagain adik gue. Jauhin dia dari laki-laki brengsek i-tu. Adik g-gue Ica."

VASSILISCA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang