TWENTY SIX

1K 63 0
                                    

Mau baca? Vote dulu!!
Cepet vote sekarang!
.
.
Udah vote? Silahkan baca 😂
.
.
.

Happy reading 🍂✨

"Gue juga sayang sama lo ... " Ica menjeda kalimatnya sebentar. Dan kalimat itu membuat kedua sudut bibir tertarik membuat senyum lebar yang sempurna.

" ... tapi cuma sebagai seorang sahabat, nggak lebih."

Jleb

Bagai ditusuk ribuan jarum, Bagas perlahan melunturkan senyum sempurnanya tadi saat Ica melanjutkan kalimatnya.

"Tapi gue nganggep lo lebih dari itu, Ca." Bagas berkata dengan lirih, seperti nada memohon agar Ica mau menerimanya.

"Gue minta maaf nggak bisa bales perasaan lo." Ica hanya dapat menunduk diam. Dia tidak suka berada dalam posisi seperti ini. Dia tidak ada perasaan sama sekali pada Bagas, tapi dia juga tidak tega melihat Bagas seperti ini. Bagas selalu baik dan perhatiannya. Ica merasa menjadi orang yang paling jahat saat ini. Dia menggunakan Bagas, orang yang tidak bersalah sama sekali sebagai alat balas dendamnya kepada Erland.

"Kenapa nggak bisa Ca? Apa karena ada Erland di hati lo?"

Ica dengan cepat menggelengkan kepalanya. Jujur, dia juga tidak ada perasaan sama sekali pada Erland. Mungkin.

"Trus karena apa Ca?" Suara Bagas naik satu oktaf.

"Maaf." Hanya satu kata itu saja yang mampu dia ucapkan sambil menunduk dalam-dalam.

"Maaf." Ica mendongakkan kepalanya menatap wajah Bagas. Kenapa laki-laki itu meminta maaf.

"Maaf karena gue udah maksa lo buat bales perasaan gue. Maaf gue egois. Gue pikir kita selama ini deket, lo juga ada perasaan sama gue. Ternyata gue salah. Sekali lagi gue minta maaf. Cinta ga bisa dipaksakan, gue terima kalo lo ga bisa bales perasaan gue. Tapi gue bakal selalu ada di samping lo dan ngelindungin lo sampe ada orang yang gantiin gue nanti. Maaf udah ganggu waktu lo, gue pergi." Setelah mengucapakan kalimat yang panjang itu, Bagas pergi meninggalkan Ica di taman belakang.

Ica masih menunduk, hingga air matanya menetes perlahan meluncur ke pipinya. "Maaf," gumam Ica.

"Maaf, maaf, maaf, maaf udah mainin perasaan lo demi keegoisan gue." Ica menjerit dalam hati.

Dia benar-benar merasa menjadi orang terjahat di bumi ini. Memanfaatkan orang lain yang tidak tahu apa-apa, tidak bersalah sama sekali untuk menuntaskan balas dendamnya. Untuk keegoisannya sendiri.

✨✨✨✨✨

Ica berjalan menuju gerbang sendirian. Hari sudah sore, sekolah pun sudah sepi. Jika ada orang, itu pun hanya anak yang sedang melaksanakan ekstrakurikuler ataupun satpam sekolah.

Setelah kejadian bersama Bagas tadi Ica beristirahat dulu di taman belakang sejenak. Dia ingin menghabiskan waktu sendirian tanpa diganggu siapapun.

Terlalu fokus berjalan, Ica tak sadar jika disebelahnya sekarang ini sudah ada Erland dengan motor besarnya.

Tiinn... Tiinn....

Mendengar suara klakson Ica pun menoleh ke samping. Dia bingung kenapa Erland masih berada di sekolah padahal biasanya saat pulang sekolah dia selalu terburu-buru untuk pulang.

"Naik!"

"Ngapain?" tanya Ica ketika dia disuruh naik ke atas motor Erland.

VASSILISCA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang