TWENTY EIGHT

966 53 8
                                    

Gamau basa-basi, lagi ga mood jadi langsung ke ceritanya aja
.
.
Tapi vote dulu, sekarang.
.
.
.

Happy reading 🍂✨

Hari ini Erland berniat untuk menjemput Ica dan berangkat ke sekolah bersama. Saat sudah sampai di rumah Ica, dia melihat keributan di sana. Tetangga Ica pada keluar dan teriak-teriak.

"Icaaa! Turun lo cepetan! Ngapain di atas genteng itu?" Teriakan Friska menggema hingga sampai ke dalam rumah.

"Nak Ica kenapa di atas sana? Kalau ada masalah jangan bunuh diri, Nak," ucap salah satu tetangga Ica yang khawatir pada Ica.

"Iya, Kak. Kalo mau mati sini aja aku potong lehernya pake pisau Mama. Dari pada harus naik ke genteng segala, ribet tau," kata eorang anak kecil yang ternyata anak dari tetangga Ica tadi. Tapi anak ini bukannya menenangkan, malah membantu Ica untuk bunuh diri. Hebat kamu dek😌

Sedangkan yang diteriaki masih tidur dengan memeluk guling kesayangannya itu. Karena teriakan orang-orang, dia pun menggeliat dan bangun. Dia terduduk di genteng sambil melihat apa yang sedang terjadi.

"Cepet turun Ica!" Friska berteriak lagi ketika melihat putrinya itu bangun.

"Hah apa?" Ica yang masih belum sadar betul, kebingungan dengan apa yang sedang terjadi. Dia hanya menguap lalu menggaruk-garuk kepalanya.

"Ca, lo ngapain di sana? Ayo turun!" ucap Erland setelah sekian lama terbengong melihat pacarnya itu yang tidur di genteng.

"Hah? Kak Erland ngapain di bawah sana?"

"Lo yang ngapain? Kita semua bener di sini, lo malah naik ke atas genteng."

Ica pun menengok kanan kirinya dan ternyata mereka benar. Kenapa dia bisa di sini. Setelah lama berpikir, akhirnya dia ingat.

"Gue kemarin nggak ada kerjaan, makanya gue naik ke sini eh trus ketiduran hehe," ucap Ica nyengir.

"Heh! Anak biadab ya lo, gue sama tetangga pada panik ngira lo mau bunuh diri eh taunya lo aja yang gila," semprot Friska pada Ica. Sedangkan Ica hanya cengengesan.

"Udah bubar aja kita," kata tetangga Ica yang tadi.

"Yaah, nggak jadi bunuh diri dong. Nggak seru ah," ucap anak kecil tadi dengan raut wajah kecewa.

"Sekarang lo cepet turun trus mandi, nih Erland udah nungguin lo dari tadi," suruh Friska.

"Iya, Ma."

Ica lalu turun dan kembali ke kamarnya, dia bersiap pergi ke sekolah. Sedangkan Erland masuk ke ruang tamu menunggu Ica siap.

"Ayok, Kak kita berangkat," kata Ica yang baru saja menuruni tangga dengan seragam yang sudah melekat pada tubuhnya.

"Nggak sarapan dulu?" tanya Friska.

"Enggak, Ma. Udah kesiangan."

"Lo sih pake drama tidur di genteng," cibir Friska.

"Ica kan juga nggak tau kalo bakal ketiduran."

VASSILISCA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang