Crush On You 03

1.3K 145 3
                                    

Benjiro duduk di pinggiran ranjang dengan posisi kaki yang ia silangkan, yaitu satu kaki berada di atas satu kakinya lagi. Suasana kamar terasa sangat hening. Ia pun menyalakan TV dan mencari channel yang memuat acara musik.

Benjiro berusaha mengabaikan keberadaan Cemal. Sebenarnya Benjiro sudah tidak marah lagi. Ia hanya ingin menghindar dari Cemal. Untuk apa berdekatan sebagai saudara kalau ujung-ujungnya bertengkar jua? Percuma saja, kan?

Cemal menghela nafas. Ingat Cemal ini Benjiro, bukan Caera atau Chairul. Jangan samakan mereka, karna tak ada satupun saudara dengan sifat yang sama. Cemal tau Benjiro itu sengaja membuang muka. Mungkin ia tidak ingin berurusan dengan Cemal dalam hal apapun. Tapi, Cemal tidak bisa, bagaimana pun kesal dan marahnya seorang saudara tertua pada saudara-saudaranya yang lebih muda, tetap saja ia harus menjaga hubungan baik.

”Ben..” seru Cemal. Suara Cemal terdengar halus dan lembut sekali. Ia berjongkok di hadapan Benjiro. Oh tuhan, sedang apa Cemal ini? Mengapa ia sampai harus berjongkok seperti itu?, batin Benjiro. Benjiro berusaha acuh saja. Jangan sampai ia termakan bujuk rayu si Cemal ini. Huh, jangan anggap remeh Benjiro.

Benjiro lebih terkejut lagi saat kedua tangan Cemal menggenggam kedua tangannya. Apa-apaan ini? Benjiro bukan anak kecil lagi yang harus dibujuk dengan cara seperti ini. Ingin Benjiro tertawa terbahak-bahak melihat sikap Cemal. Tapi, Benjiro juga ingin terlihat sudah memaafkan Cemal begitu saja.

”Maafin mas ya, Ben?” seru Cemal. Ia menatap Benjiro lamat-lamat. Ugh, Benjiro tidak boleh tergoda. Cemal tetaplah Cemal dan tidak mungkin berubah jadi orang lain. Si pengatur ini bermulut manis juga, ya?, batin Benjiro.

”Mas salah, seharusnya mas nggak gitu sama kamu. Maafin mas karna mas terlalu emosi dan nggak bicarain ini baik-baik ke kamu. Maafin mas ya, Ben?” ucap Cemal. Suara Cemal benar-benar bisa membuat orang terbius. Jangan-jangan Cemal memakai pelet tertentu supaya orang lain tunduk dan kasihan pada dirinya, pikir Benjiro.

Benjiro menoleh. Ia juga menatap Cemal. Ia melepas tangannya sendiri dari genggaman Cemal. Benjiro melepaskan kacamata yang bertengger di antara tulang hidungnya, lalu meletakkan di atas nakas. Tampan sekali Benjiro ini, batin Cemal. Sejenak ia mengagumi pahatan wajah Benjiro yang nampak sempurna khas pria-pria asia.

”Bangun mas, aku bukan siapa-siapa. Kamu nggak boleh berlutut kek gitu di depan aku. Kamu itu lebih tua dari aku mas.” ucap Benjiro kemudian. ”Kamu maafin mas, kan?” seru Cemal memastikan. ”Hm,” sahut Benjiro mengiyakan.

Cemal pun bangun lalu duduk di samping Benjiro. ”Mas kok mau tidur disini? Kan udah ada kamar masing-masing?” ucap Benjiro heran dengan sebelah alis terangkat. Benjiro berdiri sambil melepaskan handuk piyama yang ia kenakan. Ia juga melepas celan4 yang ia kenakan. Terlihat lah semua maha karya Benjiro.

Cemal berusaha memalingkan wajahnya. Jangan sampai Benjiro tau kalau saat ini kedua pipi Cemal merona. Namun, Cemal sempat melirik sedikit pada pantulan cermin di almari. Bekas jahitan?, batin Cemal. Ia melihat bekas jahitan di pundak serta pinggul sebelah kiri. Jelas itu bukan hanya satu atau dua jahitan saja. Mungkin 10 jahitan lebih.

”Jangan kasih tau sama mama, papa, kak Caera,” ucap Benjiro. Ini adalah rahasia hidup yang ia simpan sendiri. Tidak ada sesiapapun yang tau kecuali Benjamin, sang ayah kandung, dan Charlotte, istri Benjamin. Benjiro berharap cukup dirinya dan ayah kandungnya saja yang mengetahui semua kisah asal muasal mengapa ia bisa memiliki bekas jahitan sebanyak itu.

Benjiro tau Cemal telah melihat bekas jahitan itu. Ia pun berbaring di atas kasur dan menaikkan sedikit volume TV yang ia nyalakan. ”Kenapa mas nggak boleh ngasih tau papa mama?” tanya Cemal sambil bersandar di ranjang. Sedangkan Benjiro rebahan di samping Cemal. ”Karna mereka nggak harus tahu.” jawab Benjiro singkat.

Crush On You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang