Crush On You 43

607 62 2
                                    

“Om Produser lagi kenapa, ya?“ tanya Jalu dengan nada berbisik. “Mana gue tau,“ sahut Hanan bernada ketus sambil mengedikkan bahu. Hanan merasa begitu jijik melihat pemandangan—yang ada di depannya saat ini. Betapa mereka tidak tau malu, batin Hanan. Kalau saja agensi ini bukanlah agensi besar; Hanan juga tidak akan sudi berada di sini; satu atap bersama orang-orang seperti Benjiro. Entah berapa banyak orang yang seperti Bejiro di agensi ini. Perbuatan hina dina itu tidak lebih seperti penyakit menular.

Bintang; si gadis berambut ala bob cut itu termenung; melihat betapa mesranya interaksi antara dua sejoli: Cemal dan Benjiro. Hal ini membuat hati sang gadis itu merindu pada sosok sang kakak. Entah sudah berapa lama sang kakak belum jua pulang ke rumah. Bagaimana mau pulang? Orang tua saja melarang dia untuk pulang, lebih tepatnya dia dihapus dari kartu keluarga. Tau kenapa? Benar. Dia sama seperti Cemal dan Benjiro; menjalin kasih dengan sesama jenis, dan berakhir dengan diusir oleh keluarga sendiri. Paman biadab itu juga hampir saja memukuli sang kakak. Tiap hari dua orang tuanya terus saja menyinggung tentang masalah sang kakak. Bintang muak. Hingga ia pun memutuskan untuk keluar; mengasingkan diri dari pusaran kehidupan yang toxic.

“Bintang? Lu nggak papa?“ tanya Irgie. “Uhm, gue nggak papa kok,“ sahut Bintang tersenyum samar. Suara tangis sang kakak saat memohon diampuni masih teringat sangat jelas di benak Bintang. Cuma bersama sang kakak lah; Bintang merasa lebih aman dan dicintai. Lalu, kenapa tidak mencoba untuk meneleponnya sebentar saja? Tentu saja Bintang sangat ini melakukan hal itu. Kalau pun bisa, sudah dari kemarin-kemarin. Tapi, bagaimana mau bertukar kabar? Nomor hp saja sudah tidak aktif lagi. Bintang bakalan nunjukin ke kakak kalo Bintang pasti bisa, batin Bintang bertekad kuat.

Cemal membantu Benjiro berdiri. Suasana hati benar-benar sangat berpengaruh pada kondisi mental Benjiro saat ini. Pahitnya hidup Cemal tak mampu mengalahkan betapa pahitnya hidup Benjiro. Dia berjuang sendiri semenjak berusia tujuh belas tahun; membangun asa, dan akhirnya terwujud. Betapa bibir itu selalu mengukir senyuman termanis, meski dalam hati terdapat sayatan luka nan dalam. Hidup dalam lingkaran derita—yang dibuat oleh Caera dan Citra. Sampai hati mereka berbuat seperti itu pada Benjiro. Dia kurang apa? Semua juga diberi. Lalu, apa mau mereka?

Cemal diam sembari memperhatikan Benjiro memberi beberapa petuah pada trainee itu. Mereka ditegur habis-habisan. “Setiap bulan data kalian bakalan dicatet secara detail, mulai dari perkembangan latihan dance, vokal, trus makanan dan lain-lain. Poin utamanya adalah attitude. Inget, jaga attitude kalian baik-baik. Siapa pun yang melanggar aturan, Siap-siap aja keluar dari sini,“ ucap Benjiro. Bini aing bisa galak juga?, batin Cemal. “Kalo ada yang ditanyain tanyain aja silahkan,“ ucap Benjiro lagi.

“Berhubung di sini Gede paling tua. Dia jadi ketua buat ngawasin kalian. Trus—“ ucap Benjiro.

“Gede? Dia masuk sini lewat jalur apa coba? Kita capek-capek, lho? Ikut audisi, panas-panasan, desak-desakan, tapi dia malah masuk gitu aja?“ ucap Hanan memotong perkataan Benjiro.

“Kenapa? Nggak suka? Bisa apa kamu banding-bandingin diri kamu sendiri sama Gede, hah? Bisa dance? Nyanyi? Semua orang juga bisa,“ ucap Benjiro sarkasme. Hanan terdiam. Benjiro melihat Hanan mengepalkan tangan. Seusia dia sudah berani begini? Entah pergaulan macam apa yang telah ia masuki, hingga menggiring dia pada pengaruh buruk. Gede jadi tidak enak hati, kala ia seperti sedang dinomersatukan oleh Benjiro. Sungguh ini bukanlah hal baik. Gede tidak tau menau tentang industri ini. Dia cuma pengamen jalanan biasa saja. Jujur ia takut mencari gara-gara dengan mereka orang-orang berdompet tebal. Bagaimana kalau Hanan dendam? Perangai dia terlihat kurang baik, batin Gede.

Cemal menjadi pengamat saja; berdiri memperhatikan Benjiro mengurus anak didiknya. Barisan para trainee itu pun dibubarkan. “Ben? Jangan galak-galak napa?“ ucap Cemal. Dua sejoli itu masih berada di ruang latihan. “Harus itu, mas. Beda cerita kalo itu kamu,“ sahut Benjiro, lalu menggandeng lengan Cemal; berjalan keluar ruangan. Setelah ini mereka berencana ingin makan siang bersama. Dua pria berbadan sama-sama tinggi menjulang bagai gedung pencakar langit; berjalan berdua sambil bergandengan? Lucu sekali, bukan?

Crush On You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang