Crush On You 25

645 54 1
                                    

Sepulang dari kantor, Nicholas, ia langsung berganti pakaian serba hitam. Huft, ia menghela nafas sambil membetulkan topi hitam yang ia kenakan. Lalu, ia pun segera pergi ke suatu tempat misterius. Setelah memarkirkan mobil jauh dari rumah dua lantai itu, Nicholas pun mulai beraksi. Nicholas memanjat tembok demi tembok tanpa terpeleset atau bahkan terjatuh seinci pun.

Nicholas berhasil naik ke atas dan berdiri di balkon. Terdengar suara musik diputar dengan keras dari dalam kamar. Nicholas mampu mendengar Doni bersenandung sendirian. Dia ini hidup sendiri atau bagaimana?, batin Nicholas. Karna dari apa yang Nicholas lihat, Doni terlihat tidak memiliki banyak teman. Hm, apa dia ini anti sosial?, batin Nicholas lagi. Lalu, ia pun langsung masuk ke dalam.

Saat Nicholas melangkahkan kaki masuk ke dalam, Doni pun ingin mencoba membekukan Nicholas. Namun, malah sebaliknya, Doni lah yang dibekukan oleh Nicholas lebih dulu dengan mengunci kedua tangan Doni ke belakang. “Lepasin,“ ucap Doni berontak. Doni tentu saja sedari tadi menyadari sesuatu yang aneh. Seperti suara gesekan sepatu misalnya, meskipun samar-samar, Doni tidak bodoh untuk mengetahui itu, bahwa di balkon ada seseorang.

Dalam hati Nicholas memuji akan kepekaan Doni terhadap keadaan sekitar. Padahal Nicholas sudah berhati-hati supaya gerak-geriknya tidak diketahui. Tapi, entah bagaimana, Doni masih mampu menyadari ada seseorang di luar balkon. Ini sungguh luar biasa, batin Nicholas. Doni pun menginjak kaki Nicholas—yang otomatis membuat Doni terlepas dari cengkeraman Nicholas.

“Lu tau? Gue bisa laporin lu ke polisi, karna udah masuk ke rumah orang lain tanpa izin.“ ucap Doni mengancam. Nicholas pun tersenyum miring dengan sebelah alis terangkat. “Laporin aja. Mungkin malah kamu yang masuk penjara nanti. Haha,“ sahut Nicholas tertawa puas. Doni memutar bola mata malas. Nicholas pun langsung menarik pergelangan tangan Doni hingga membuat Doni langsung terduduk di pangkuan.

“Diem,“ seru Nicholas meminta Doni untuk jangan berontak. Bukan Doni namanya jikalau dirinya menuruti perintah oleh seseorang seperti Nicholas. Cih! Sampai mati pun gue, Doni, kagak bakalan mau nurutin kata-kata nih orang, batin Doni berdecih kesal. “Diem Doni~“ seru Nicholas memeluk Doni dari belakang seperti ini. “Kangen,“ gumam Nicholas membenamkan wajahnya di ceruk leher belakang Doni. Doni pun terdiam. Suara Nicholas terdengar berbeda. Uhm, le-lebih lembut mungkin?, batin Doni.

“Kangen kamu, Doni.“ ucap Nicholas lagi lalu mengecup tengkuk leher itu lama sekali. Tubuh Doni membeku. “Le-lepasin, Nich.“ ucap Doni. Nicholas tidak bergeming jua. Dia masih betah duduk di pinggiran ranjang dengan posisi seperti ini. Nicholas sungguh amat sangat merindukan Doni. Kesibukan di kantor membuat dirinya jarang menemui Doni. Ya, meskipun Doni sendiri sama sekali tidak mengharapkan Nicholas untuk datang menemui dirinya.

“Ummhh,“ gumam Doni saat Nicholas mengusap-usap manja tonjolan itu dari luar celana. Uh, kenapa gue sensitif banget, sih?, gerutu Doni dalam hati. Saat Doni tersadar, ia pun langsung berdiri dan menatap Nicholas dengan tatapan sangar. “Pulang sana! Gue mo istirahat!“ seru Doni ketus sambil bersedekap di dada. Doni pun terkejut, bukannya pergi, Nicholas malah melepas topi, jaket, serta sepatu dan kaos kaki yang ia kenakan.

“Lu lu ma-mau ngapain?“ tanya Doni mulai panik tanpa sebab. Kali ini giliran kaos yang menempel di badan yang Nicholas lepas. Kedua mata Doni pun seketika membola sempurna. “Kamu bilang mau istirahat, kan? Udah, ayok, kita istirahat bareng.“ sahut Nicholas. “Lu jangan gila, ya?!“ seru Doni terlihat semakin panik. Nicholas pun berdiri, lalu melangkahkan kaki mendekati Doni. Doni pun bahkan sempat mundur beberapa langkah. Nicholas itu adalah seorang pria super nekad. Mau bagaimanapun Doni berujar dengan suara ketus, tetap saja Nicholas seolah tidak terpengaruh sama sekali.

Langkah kaki Nicholas pun terhenti. Lalu, ia pun melepaskan pakaian yang dikenakan oleh Doni dengan sedikit paksaan. “Eh eh eh eh lu mau ngapain, hah? Woy! Jangan anarkis woy!“ ucap Doni protes. Nicholas tidak menggubrisnya sama sekali. Kini Doni dan Nicholas sama-sama tidak mengenakan atasan. Hm, celana saja sudah cukup, batin Nicholas.

Crush On You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang