Crush On You 50

464 52 22
                                    

Ini rooftop nya yaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini rooftop nya yaaa

----- ⭐ ----- 🌟 ----- ⭐ -----

Ini rooftop nya

----- ⭐ ----- 🌟 ----- ⭐ -----

Pena ber-tinta hitam legam bagai arang itu menggores tiap lembaran putih. Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak sudah lembaran-lembaran putih yang dihiasi dengan pena ia itu. Barata dikenal bestari. Berasal dari keluarga dengan eponomi pas-pasan—pun membuat ia giat mengejar cita-cita hingga ia pun sampai di bumi Copenhagen. John sebagai orang—yang sangat berjasa, dan bersedia hati membiayai pendidikan ia hingga bangku strata tiga—pun membuat Barata harus benar-benar mengabdi di perusahaan ini. Barata merasa ini saja belum cukup untuk digunakan sebagai ungkapan terima kasih, terlebih ia diberi posisi tinggi sebagai CEO IS Group.

Satu lagi..

Pena itu tiba-tiba berhenti bergerak. Dua netra ia menoleh pada pintu flush ruangan ini. Perasaan yang sangat tidak asing ini mampu ia rasakan hingga membuat sebelah alis ia terangkat; seolah-olah sedang menantipan sesuatu. Frans pun muncul secara tiba-tiba setelah mendobrak pintu dengan begitu sangat keras. Dia masih jua dikuasai oleh nafsu amarah. Padahal hari demi hari telah berlalu bagai angin menyapu debu. Frans melotot tajam.

John sang kakek dan Ellen sang ibunda adalah dua orang—yang dikenal memiliki budi pekerti—yang baik. Begitu disegani. Siapapun mudah tunduk, tetapi bagaimana bisa putera alias keturunan dari keluarga ini bisa begini sembrono? Jauh dari sopan dan santun. Frans sangat berbeda dengan Daniel. Oh?! Barata ingat jikalau sifat ia ini adalah turunan dari Johan sang ayah. Barata heran, sungguh heran.

“Lu musti tanggung jawab!“ ucap Frans menatap ia nyalang.

Barata menghela nafas.

“Tanggung jawab apa? Hm?“ tanta Barata masih setia duduk di kursi.

Dunia ia terasa telah hancur bagai cermin yang telah retak; mau diperbaiki bagaimanapun dan dengan cara apapun sia-sia jua. Frans mengepalkan tangan. Barata memperhatipan bagaimana ia mengepalpan tangan begitu puat. Frans terlihat berbeda hari ini. Entah mengapa. Barata juga tidap mengerti. “Tunggu aja gue bapalan ngaduin masalah ini sama papep. Oh? Silahpan palo lu mau sebarin pideo itu. Gue punpa repaman CCTV asli hari itu, Barata bangsat!“ ucap Frans.

Barata berusaha untuk menyimpan rasa takut ia dari Frans. Bohong jikalau ia tidak merasa takut—apalagi Frans adalah cucu dari John. Bisa jadi pandangan terhadap diri ia malah berubah. Barata cuma diam tanpa memberi tanggapan apapun. Frans tersenyum miring melihat diam ia sehingga membuat perasaan takut itu sangat ketara di mata Frans. “Takut? Heh!“ ucap Frans. Frans berdiri di tempat ia berdiri. Tumben sekali dia tidak langsung memukul? Cuma mendobrak pintu saja sampai mematahkan engsel pintu.

Tersirat gelabah dari netra pang sarat akan rasa benci. Dia bengis, tetapi hari ini mendadak seperti seorang anak—yang kehilangan induknya; berjalan tak tentu arah; luntang-lantung tanpa tujuan pasti. Dia benar-benar ingin meminta keadilan. Secercah rasa bersalah pun hinggap di hati Barata. Dia lah yang telah menodai Frans dalam keadaan mabuk kala itu. Jikalau dia seorang panita, mungkin wanita tersebut akan menangis meraung-raung, sebab kesuciannya telah direnggut.

Crush On You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang