Crush On You 29

540 58 4
                                    

Setelah lima menit berlalu. Eaton pun menjauhkan bibirnya dari bibir Chairul. Kontan Chairul pun langsung mendorong tubuh Eaton hingga membuatnya hampir saja terjungkal ke belakang. Chairul meninggalkan ruang laboratorium ini sambil menghentakkan kaki marah. “Gue nggak bakalan nyerah Chairul! Gue bakalan ngejer lu ampe lu mau nerima gue!“ teriak Eaton. Hah, setidaknya Eaton telah melakukan sesuatu kepada Chairul. Eaton yakin ciuman Eaton tadi akan berpengaruh besar untuk mempengaruhi perasaan Chairul dan membuat Chairul terngiang-ngiang akan dirinya. Hm, terlalu percaya diri memang.

Sedari tadi pagi entah mengapa Caera merasa semua orang di kantor berbisik-bisik dan menatapnya aneh. Caera jadi risih. Ini sebenernya ada apa, sih?, batin Caera heran. Stella pun duduk di hadapan Caera sembari meletakkan nampan berisi makan siangnya hari ini. Ya, saat ini Caera dan Stella ada di kantin kantor. “Stella,“ seru Caera. “Orang-orang pada kenapa, sih?“ tanya Caera penasaran. Mungkin saja Stella tau penyebabnya, batin Caera.

“Errrr itu—“ belum sempat Stella menjawab, seseorang pun menyela kata-kata Stella. “Gimana Cae? Rasanya punya adek cowok penyuka sesama jenis trus mo nikah lagi?“ seru Kusumarini. “Stell, lu jangan deket-deket ama nih orang. Najis tau Stell.“ ucap Kusumarini sarkasme. “Kus!“ Caera pun berdiri. Ia geram. Bisa-bisanya Kusumarini mempermalukan Caera di depan umum. “Udah lah Cae. Nggak usah marah ke gue. Lagian semua orang di kantor ini dah pada tau kok~ Jadi, lu kalem aja. Percuma lu marah-marah nggak jelas. Heh,“ ucap Kusumarini tersenyum remeh. Caera mengepalkan tangan. Ia pun pergi meninggalkan kantin dan lebih memilih kembali ke meja kerjanya sendiri. “Ben-ji-ro,“ batin Caera geram sambil meremas kertas apa saja di atas mejanya hingga kertas itu tidak berbentuk lagi.

“Tes tes tes satu dua tiga,“ seru Benjiro mengecek microphone untuk live ngamen sebentar lagi. Saat ini Benjiro tengah berada di Kota Lama, Jl. Letjen Suprapto, Tanjung Mas. “Bim, tolong di set lagi micnya dong supaya nggak terlalu ngebass,“ ucap Benjiro. “Siap bos!“ sahut Bimo menset ulang microphone yang akan dipakai oleh Benjiro nanti. Orang-orang mulai berkerumun. Sambil menunggu anggota lain Benjiro sambil merokok dan menghembuskan asapnya berulang kali lewat mulut.

Semua orang terlihat berbisik-bisik, apalagi kalau bukan membicarakan sosok Benjiro yang saat ini sedang duduk di depan sana sambil merokok dan bermain gadget. “Selamat siang teman-teman semua,“ ucap Benjiro menyapa dengan ramah tamah dan diiringi senyuman manis. Benjiro pun mulai melantunkan sebuah lagu berjudul Sofa yang dinyanyikan oleh Crush. “Niga itdon sofa.. No opshi na honja.. I jarieman nama.. Nol gidarijana.. So far.. Ne gyote non so far away.. Miryoniraneng ge.. Monjiman namence.. Nol gidarijana..“ ucap Benjiro membawakan lagu itu dengan apik. Suara emas Benjiro memang mengundang decak kagum semua orang. Namun, di sisi lain juga tidak bisa dipungkiri, sebagian besar orang menghujat Benjiro habis-habisan.

Tiba-tiba ada beberapa pelajar membelah kerumunan. Lalu, melempari Benjiro dengan telur mentah dan tomat. “WOY! BANGSAT!“ seru Bimo marah. Bimo pun langsung menghampiri pelajar-pelajar itu. “Bim Bim biarin aja Bim,“ seru Benjiro mencoba menghentikan Bimo untuk bertindak kasar kepada pelajar SMA itu. “ENYAH LU DARI SINI! LU CUMAN SAMPAH MASYARAKAT! PERGI LU! PERGI! BANGSAT! LU CUMAN PEMBAWA BENCANA!“ maki pelajar laki-laki itu sambil meludah ke samping. Dia menatap Benjiro sangar dengan kilatan mata berapi-api penuh emosi. Huh, Benjiro menghela nafas.

Benjiro pun merogoh hp dari saku celana, dan menyalakan kamera—serta menjepret mereka satu per satu. Pelajar laki-laki bernama Satria itu pun berang. “Ngapain lu moto kita-kita!? Hah! Siniin kagak hp lu!“ ucap Satria ketus. “Buat laporin kalian ke polisi,“ sahut Benjiro. Tentu saja Benjiro berbohong. Ini cuma gertakan saja, karna Benjiro tidak akan pernah bisa setega itu melaporkan orang lain ke polisi, cuma karna masalah sepele.

“Kalian pulang ato saya serahin foto-foto ini ke polisi? Pilih mana?“ ucap Benjiro sekaligus mengancam. Benjiro cuma tidak ingin memperpanjang masalah ini disini. Terlebih ini adalah tempat umum. Sangat tidak etis sekali jika Benjiro berlama-lama adu mulut disini. Bisa-bisa nama baik Benjiro akan semakin memburuk. Para pelajar itu pun mendengus dan memilih pergi dari sini. Hah, Benjiro pun menghembuskan nafas lega. Sebelum Benjiro pergi ke mall terdekat untuk membeli pakaian baru. Ia pun menyampaikan sesuatu kepada Bimo. “Bim, foto pelajar SMA yang tadi udah gue kirim ke lu. Tolong lu cari info tentang mereka dari sekolah mana ampe alamat tempat tinggal mereka, ya. Sekalian latar belakang mereka kek gimana. Masalah komisi lu jangan khawatir. Trus ajakin juga si Tio buat bantuin lu. Gue mo pergi dulu bentar buat ganti baju. Ntar gue kesini lagi,“ ucap Banjiro sembari menepuk pundak Bimo. “Siap bos!“ sahut Bimo mantap sembari mengacungkan dua jempol.

Crush On You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang