Crush On You [BL]

Crush On You 22

Eaton Tri Anggara. Seorang mahasiswa semester akhir jurusan hukum berusia 23 tahun. Dia keturunan indonesia - inggris, namun sudah tinggal di Indonesia sejak dia masih bayi. Di kampus Eaton cukup populer, karna dia satu-satunya mahasiswa yang berwajah bule dan bermata biru. Dia juga aktif di beberapa kegiatan kampus seperti club band. Saat Eaton duduk-duduk santai bersama beberapa teman satu jurusan, ia tidak sengaja melihat seorang mahasiswa tampan tengah jalan berdua dengan seorang mahasiswi.

“Lu tau nggak dia siapa? Kok gue nggak pernah liat sih? Gue yang burem ape gimane nih?“ seru Eaton. “Hah? Siapa? Yang mana?“ sahut Dzaki melihat kemana arah sorot mata Eaton. “Tuuuh,“ seru Eaton lagi. “Lu sriusan nggak tau Ton?“ tanya Dzaki. Eaton menggelengkan kepala. “Itu sih elunya yang burem Ton hadeuh,“ ucap Dzaki. “Emang dia siapa sih?“ tanya Eaton. “Anak jurusan akuntansi semester 7 katanya, denger-denger sih ortunya tajir melintir,“ sahut Dzaki.

“Kok lu bisa tau sih?“ seru Eaton. Dzaki menatap Eaton dengan tatapan sebal. Lalu, ia pun menoyor kepala Eaton. “Lu nya yang kudet ngab,“ ucap Dzaki. Bagaimana Eaton bisa tau murid-murid di jurusan lain? Sementara yang Eaton tau cuma orang-orang di sekitar dan satu jurusan atau satu club kampus saja. Eaton Eaton, batin Dzaki.

Sebelum jam kuliah dimulai, Chairul berkumpul bersama teman-teman satu jurusan—juga ada dari jurusan lain. Disana ada Imam, Lutfi, dan Salsabila. “Putri mana? Kita doang nih yang ngumpul?“ tanya Chairul penasaran. Tumben sekali Putri mangkir dari acara ngumpul-ngumpul rutin tiap sebelum jam kuliah dimulai. “Lu tau lah Putri kek gimana? Dia kan suka lupa ngerjain tugas,“ sahut Salsabila. Chairul pun menganggukkan kepala mengerti. Benar, Chairul baru ingat kalau Putri itu adalah si pelupa sekaligus pemalas dalam hal mengerjakan tugas kuliah. Tapi, entah mengapa di luar tugas kuliah dia sangat sangat rajin.

“Biasanya juga ngerjain sambil ngumpul bareng,“ ucap Chairul lagi. “Darurat katanya,“ sahut Imam. “Ciiieee pacar nyahut hadeuh,“ sindir Salsabila. Betul sekali, Imam dan Putri adalah sepasang kekasih. Chairul, Lutfi, dan Salsabila? Jangan ditanya. Kaum jomblo seperti mereka mau jalan-jalan kemana pun pasti bertiga. Bahkan, malming yang sejatinya harus dilewati bersama orang terkasih pu , harus mereka lewati dengan jalan-jalan di malam hari bertiga pula.

“Hp lu bunyi tuh,“ seru Lutfi. Hp Chairul itu selalu dalam mode silent saja. Jadi, pantas saja Chairul tidak mendengar sama sekali kalau hp miliknya sendiri bergetar. Hm, tapi anehnya mengapa teman-teman Chairul bisa tau kalau hp Chairul berbunyi? Bahkan, Chairul saja tidak mendengarnya sama sekali.

+62852 XXXX 9967:
“Hai,“

Kedua alis Chairul berkerut saat ia membaca isi sms dari nomor tidak dikenal. “Siapa siapa?“ seru Salsabila kepo. “Kok nggak ada namanya? Siapa emang?“ tanya Salsabila ikut-ikutan penasaran. Hah, Chairul menghela nafas. “Lu aja nggak tau apalagi gue,“ sahut Chairul langsung menghapus sms tersebut dari hp nya.

“Hah?“ Eaton tercengang saat sms yang ia kirim kepada Chairul cuma diread saja tanpa ada balasan sepatah kata pun. Kalau orang lain pasti sudah gerak cepat. “Kenapa lu?“ tanya Elfathan. “Diread doang,“ sahut Eaton terdengar sedikit putus asa. Setelah mengetahui kalau nama pria itu adalah Chairul, Eaton langsung mengumumkan sayembara di grup chat rahasia, yang dimana disana merupakan perkumpulan detektif handal mahasiswa/i dari berbagai jurusan. Alhasil Eaton pun bisa mendapatkan nomor hp Chairul dengan mudah.

“Gitu doang dah manyun lu, Ton?“ ucap Elfathan sarkasme. “Gak lah ya, gue cuman bingung aja, masa dia read doang sih? Secara gitu ya, siapa tau kan yang sms dia cewek cantik gitu? Masa dia nggak gunain kesempatan itu buat kenalan? Di kampus aja nih ya gue kedipin mata doang udah pada jingkrak-jingkrak mereka,“ ucap Eaton percaya diri.

Dzaki dan Elfathan saling berpandangan beberapa saat. Entahlah darimana Eaton bisa kepedean seperti itu, meskipun apa yang dikatakannya memang benar adanya, batin Elfathan. “Penyakit lu ya itu, kepedean. Lu kira semua orang sama, hah? Kagak kali, lu aja yang playboy,“ sindir Dzaki sambil geleng-geleng kepala.