Crush On You 36

544 60 5
                                    

Benjiro duduk sambil bersender di headboard. Pagi-pagi sekali ia bangun sambil membaca resume beberapa kandidat—yang bisa dijadikan staff tetap untuk kantor barunya nanti mulai dari: selektor musik, A&R, hingga composer dan konduktor. Ia pun meraih kacamata di atas nakas. Sedangkan Cemal masih tertidur pulas dengan posisi tangan—yang ia lingkarkan di pinggul Benjiro. Hm, mungkin dia kelelahan? Karna ia dan Benjiro kembali bertempur di atas ranjang pada dini hari, setelah sebelumnya sudah bermain selama kurang lebih dua jam. Uh, Benjiro juga pegal-pegal. Cemal ini kalau lagi pengen emang nggak nanggung-nanggung, maennya dua kali pula, pertama dua jam, trus yang kedua satu jam lebih, batin Benjiro geleng-geleng kepala. Mas Cemal ini makan apa, sih? Bisa sekuat itu di atas ranjang? Benjiro pun terheran-heran.

Benjiro pun menghubungi satu per satu kandidat—yang ada di data resume itu untuk hadir rapat bersama di Peterongan Plaza. Uh, hari tenang Benjiro sudah selesai, dan mulai dari sekarang, ia akan menjadi lebih sibuk lagi dari biasanya. Ia pun mengerling ke samping. Ia tatap wajah Cemal yang tenang itu lamat-lamat. Ia usap pucuk kepala Cemal penuh cinta dan kasih sayang. Bagaimana tidak sayang? Cemal adalah satu-satunya pria—yang ia cintai sepenuh hati dah jiwa.

Sambil membaca-baca sesuatu di laptop. Ia pun sambil mengusap-usap tangan Cemal. Cemal sama sekali tidak terusik. Cemal tertidur sangat pulas. Seulas senyum tipis pun terukir di bibir Benjiro. Benjiro menggeser tangan Cemal dengan hati-hati. Ia tidak ingin membuat Cemal terbangun. Hari ini Benjiro cukup sibuk; selain rapat; ia juga harus meninjau beberapa lokasi tanah lapang di beberapa tempat. Benar, Benjiro berniat ingin membeli tanah untuk dibangun menjadi sekolah elit di Semarang. Lalu, ia pun turun dari ranjang, masih dalam kondisi tidak mengenakan apapun. Ia ambil handuk di almari, dan ia lingkarkan di pinggul.

Ia pun masuk ke dalam kamar mandi. Sebelum mandi, ia mencuci muka dan gosok gigi terlebih dahulu. Ia tatap pantulan dirinya di depan cermin. Seluruh tubuhnya dipenuhi bekas kemerahan di mana-mana. Dasar Mas Cemal, gumam Benjiro tersipu malu. Kedua pipi Benjiro merona. Cemal memang paling bisa membuat Benjiro lemah dalam kungkungannya.

Sebelum Benjiro memulai kesibukannya di luar nanti. Ia membuat menu sarapan pagi terlebih dahulu, yaitu Nasi Goreng Babat. Ia ingat; kalau kemarin; Cemal ingin makan menu yang satu ini. Setelah selesai membuat sarapan. Saatnya ia membangunkan Cemal di kamar. Huh, Cemal masih bergelut dengan selimut. Dia rebahan dengan posisi tengkurap. Suara dengkurannya masih pun terdengar jelas. “Mas?“ seru Benjiro sembari menyentuh punggung Cemal. “Bangun mas,“ seru Benjiro lagi sambil mengusap surai rambut Cemal, lalu mengecup keningnya sekilas.

“Mas, aku pagi ini ada rapat, mas cepetan bangun biar bisa sarapan bareng sama berangkat bareng nanti,“ ucap Benjiro berusaha membangunkan Cemal. Cemal menggeliat sambil mengerjap-ngerjapkan mata; nyawanya masih belum terkumpul semua; dan Benjiro pun memberikan segelas air putih hangat. Ini sangat bagus diminum saat pagi hari—sesaat setelah kita bangun tidur. Cemal pun duduk, lalu mengambil gelas itu dari tangan Benjiro. Uh, hangat dan segar sekali, batin Cemal saat air itu mengaliri tenggorokannya.

“Kamu udah siapin air anget buat mas mandi, Ben?“ tanya Cemal. “Udah mas, daritadi malah,“ sahut Benjiro sambil merapikan kamar sedikit demi sedikit. Cemal pun mengenyahkan selimut—yang membalut tubuhnya itu hingga nampaklah si jagoan Cemal yang lumayan besar. Benjiro sama sekali tidak masalah. Toh, ia dan Cemal sama-sama pria. Cemal meregangkan badan, lalu berdiri. Si jagoan terlihat bergelantungan dengan indah. “Ditutupin dulu napa, mas?“ cetus Benjiro. “Tolong handuk mas dong sayang,“ ucap Cemal meminta Benjiro mengambilkan sehelai handuk di almari.

“Oh iya mas, aku hari ini juga ada rencana buat liat-liat tanah gitu, soalnya pengen banget bangun sekolah elit di sini,“ ucap Benjiro sembari memberikan handuk itu kepada Cemal. “Tanah? Kalo masalah tanah mah musti sama pengacara, Ben. Gini aja, nanti kamu kasih tau mas jam berapa dan di mana, biar mas suruh pengacara di kantor mas buat ikut sama kamu nanti,“ ucap Cemal memberi usul. “Ok deh kalo gitu. Mas, aku tunggu kamu di depan, yah?“ ucap Benjiro—pun keluar dari kamar.

Crush On You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang