Crush On You 31

570 59 17
                                    

“Nggh aahhhh mmhh,“ gumam Benjiro menggerakkan jari-jemari kaki saat Cemal memajumundurkan pinggulnya dengan tempo pelan. Benjiro memejamkan mata dengan kedua alis berkerut—serta satu tangan memegang lengan atas Cemal. Seperti biasa air mata Benjiro luruh tiap kali milik Cemal keluar masuk dari lubang itu. “Nggh mahhss ssstt eungh sa-sak-iht ahhhh uh,“ gumam Benjiro dengan nafas terengah-engah.

Cemal usap surai rambut itu dengan lembut. Ia tatap Benjiro dengan tatapan teduh dan memuja. “Buka mata kamu sayang, liat mas sini,“ ucap Cemal dengan suara menggoda. “Ngh, aaahhhhhh mahs uuhhh hah hah aahhhh,“ gumam Benjiro saat Cemal semakin mendorong miliknya dalam-dalam. Benjiro berusaha membuka mata, meskipun pandangan matanya kini sedikit memburam karna nafsu. Cemal usap pipi Benjiro sambil membisikkan kata-kata cinta. “Tahan~ Sakit bentar doang kok sayang, hm? Pelan-pelan aja ato mas cepetan lagi? Biar kamu sama mas cepet keluar?“ ucap Cemal sambil menggerakkan pinggulnya maju mundur.

“Eumh pelahn pe-lahn ah-jah mahs nghh,“ sahut Benjiro lirih. Uh, betapa seksinya wajah Benjiro saat ini, batin Cemal. Terlebih saat semburat merah nan indah menggoda itu menghiasi kedua pipi Benjiro. “Mau nelen punya mas nggak? Nanti gantian mas juga nelen punya kamu,“ ucap Cemal lagi. “Ngh-gahk,“ sahut Benjiro menggelengkan kepala pelan. “Mas cepetin yah??“ seru Cemal. “Ugh! Eunghh ah mahs!“ pekik Benjiro saat Cemal tiba-tiba menghentakkan pinggulnya dengan keras. Kedua tangan Benjiro pun otomatis meremas lengan atas Cemal. Benjiro meminta ampun berkali-kali saat Cemal mulai menghujamkan miliknya dengan tempo yang sangat cepat. Kali ini Cemal mau keluar bersama-sama. Hampir 30 menit Cemal bermain-main di dalam sana. “Mahs mahs ma-ma-uh kel-uh-ar nghhh eumh,“ gumam Benjiro.

“Tahan dulu sayang, mas dikit lagihh ngghh ssst hmph,“ ucap Cemal. Cemal tekan lubang di ujung kepala milik Benjiro itu supaya Benjiro tidak langsung keluar. Sebentar lagi. Tunggu sampai milik Cemal berkedut di dalam sana. “Ngh!“ gumam Cemal sudah hampir berada di puncak. “Keluarin sayang,“ ucap Cemal menggerakkan pinggulnya semakin cepat. “Ma-mahs ah ah ah ah ah mahs ah ah uuh ahhh ah ah mahsss ssssttt uhhh ssstt hah haaahhh ngghh,“ Benjiro pun berteriak dengan keras diiringi cairan putih yang menyembur dengan deras—pun Cemal juga sama. Ia menyemburkan benih-benih cinta itu di dalam sana. Saat Cemal menarik miliknya keluar. Lubang itu berkedut-kedut dan sisa-sisa cairan putih yang Cemal semburkan tadi itu pun ikut keluar sedikit demi sedikit.

Nafas Benjiro dan Cemal terengah-engah—keringat pun bercucuran membasahi tubuh keduanya. Cemal mengambil beberapa lembar tisu di atas meja. Lalu, ia bersihkan cairan putih di atas perut Benjiro itu dengan tisu. “Duh, mas jadi ngantuk, Ben.“ ucap Cemal. Benjiro sama sekali tidak menyahut. Dia sudah terlalu lemas untuk sekedar berbicara. Cemal pun beranjak dari sofa dan membuang tisu-tisu itu ke tong sampah. Dalam kondisi masih tidak mengenakan apapun, ia pun menggendong Benjiro dari sofa ke kamar tidur. Benjiro pun terlelap dalam pelukan Cemal. Hangat, batin Benjiro.

Hari ini hari ketiga Daniel mengikuti ospek sebagai maba di Universitas Semarang. Namun, tiba-tiba sebuah desas-desus kurang mengenakan pun menyebar di seluruh area kampus. Daniel mendengar bahwa Universitas tempat Daniel dan maba lain ingin berkuliah terancam pailit, dikarnakan penanggung jawab keuangan—serta beberapa pihak humas melakukan tindakan korupsi. Hal itu pun semakin diperparah dengan pengeluaran yang tidak sesuai dengan pendapat kampus ini.

Di sisi lain juga ada kabar baik, yaitu dengar-dengar ada sebuah perusahaan besar yang telah mengakuisisi Perguruan tinggi Semarang. Semua mata para maba di lapangan kampus itu pun membola. Mereka melongo sekaligus tercengang melihat mobil-mobil hitam metalik berbaris di depan sana—pun orang-orang dengan stelan jas lengkap turun dari mobil itu dan berjalan dengan angkuh.

Daniel mengernyitkan alis. Itu kan Mr. Bachtiar?, gumam Daniel. Hampir saja Daniel tidak mengenali sosok Bachtiar. Dia terlihat sangat berbeda saat pertama kali berjumpa kala itu. Kala itu Bachtiar terlihat ramah tamah sekali dan bersahaja. Tapi, hari ini aura Bachtiar terlihat sangat dingin dengan sorot mata tajam setajam pedang. Siapapun mungkin nyalinya akan menciut jikalau bersitatap dengan dirinya.

Crush On You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang